Wisata Religius ke Makam Syekh Burhanuddin

 

VIVAnews - Menjelang Ramadan, ratusan jamaah duduk tafakur di halaman depan komplek makam Syekh Burhanuddin, di Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Sebagian besar dari peziarah menggenggam tasbih, fokus memanjatkan do'a di pelataran makam yang dihiasi bunga kamboja.

Saat itu, matahari kian terik, ratusan orang tak henti-hentinya menanggalkan sandal dan memasuki ruang pemakaman Sekh Burhanuddin yang cukup terkenal di kota Minang itu.

Ketika VIVAnews.com, Senin 9 Agustus 2010, menyempatkan diri berkunjung ke makam ulama besar Minang ini, terlihat desain bangunan areal makam ini cukup unik bercirikan arsitektur masjid pada abad ke-16.

Arsitektur Minang terasa kental dengan ciri atap gonjong (runcing) mendominasi bagian atap bangunan makam. Namun, sentuhan arsitektur Jepang juga terasa di bagian atap bangunan yang memiliki atap tumpang persegi dipadu atap gonjong.

Menjelang Ramadan ini, makam Syekh Burhanuddin ramai dikunjungi peziarah penganut tarekat Islam Sattariyah di Sumatera Barat. Lokasi makam ulama ini tidak pernah sepi dari peziarah.

Makam Syekh Burhanuddin ini berdiri di areal yang luasnya diperkirakan sekitar satu hektare persegi. Makam ini berada tepat di kawasan pasar Ulakan yang ramai dikunjungi warga setempat.

Selain menjadi lokasi untuk memanjatkan doa bagi penganut tarekat Sattariyah, areal makam Syekh Burhanuddin merupakan tempat wisata religius bagi penganut Islam. Saat memasuki areal makam, sejumlah panganan khas daerah menghiasi jalan masuk areal makam.

Para pedagang yang berjejer di jalan masuk menuju areal makam didominasi pedagang buku-buku Islam serta kemenyan dan batu giok. Mereka juga menawarkan Quran kecil yang diyakini mampu melindungi pembelinya dari bala.

Di makam ini, peziarah memanjatkan doa-doa keselamatan hidup di dunia. "Banyak yang datang ke sini untuk memanjatkan doa agar mendapatkan rezeki (anak)," ujar Umayah (65) pedagang makanan ringan di areal makam.

Peziarah meyakini, areal makam Syekh Burhanuddin merupakan salah satu lokasi keramat di mana doa-doa akan terkabul. Bahkan, di kalangan masyarakat awam dipercaya, mengunjungi makam sealama tujuh kali tak ubahnya seperti menunaikan ibadah haji.

Namun, hal itu dibantah Guru besar Ilmu Taswuf  Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang  Prof Duski Samad, bahwa paham seperti itu sesat. "Ini tidak benar dan terkesan menyesatkan. Ulama perlu meluruskan ini, karena terjadi distorsi di tengah ummat," ujar Duski Samad.

Karena itu, diimbau agar dinas pariwisata setempat untuk memberikan panduan yang jelas bagi peziarah. "Ziarah boleh dengan tidak mengagungkan makam. Cara-cara ini yang perlu diperhatikan pemerintah untuk menghindari ummat berbuat sesat," katanya.

Seperti diketahui, Syekh Burhanuddin merupakan ulama penyebar Islam di Minangkabau pada abad ke-17. Ulama besar ini memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Islam dan diyakini memiliki kekuatan supranatural.

Tak hanya menjelang Ramadan, makamnya juga sangat ramai dikunjungi peziarah jika masuk bulan Syafar bertepatan dengan meninggalnya ulama besar ini. Masyarakat setempat menyebut tradisi tersebut dengan istilah 'basyafar'.

Menurut Ali Imran Tuanku Radhi, juru kunci makam, basyafar merupakan rangkaian ibadah yang dilakukan untuk mengagungkan pencipta. Ritual ini juga menyempatkan untuk membuka kembali peninggalan syekh Al-Quran yang terbungkus kulit mayang. (umi)