Fatner


Pengikut

Wow,.Rendang Masuk Daftar Makanan Terenak di Dunia

 
VIVAnews -  Siapa tak kenal rendang? Meski dikenal sebagai masakan asli masyarakat Padang, Sumatera Barat, rendang populer di hampir seluruh pelosok tanah air. Santapan berupa daging sapi yang diolah dengan santan hingga kering itu pun tak kalah populer di negeri jiran Malaysia.

Popularitas yang tercipta jelas tak lepas dari cita rasa rendang itu sendiri. Baru-baru ini, rendang bahkan masuk di urutan ke-11 dari 50 daftar makanan terenak di dunia yang dipublikasikan CNN. Urutan tersebut berdasar poling yang mereka lakukan di situs jejaring sosial.

Rendang menjadi satu-satunya makanan asal Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Mengalahkan kelezatan Kebab Turki, Lasagna Italia, Fajitas Meksiko, atau Pho Vietnam. Namun, rendang dinyatakan kalah enak dibandingkan Penang Assam Laksa Malaysia, Tom Yam Goong Thailand, Peking Duck China, atau Sushi Jepang.

Di Indonesia, rendang tak hanya menjadi favorit saat bersantap di restoran Padang yang menjamur di pelosok negeri. Rendang juga menjadi bekal favorit saat bepergian jauh, seperti ketika naik haji. Ini karena rendang termasuk makanan yang cukup awet atau tahan lama.

Berikut daftar 50 makanan terenak di dunia, seperti dikutip dari laman cnngo.com:
1. Massaman curry, Thailand
2. Neapolitan pizza, Italy
3. Chocolate, Mexico
4. Sushi, Japan
5. Peking duck, China
6. Hamburger, Germany
7. Penang assam laksa, Malaysia
8. Tom yum goong, Thailand
9. Ice cream, United States
10. Chicken muamba, Gabon
11. Rendang, Indonesia
12. Shepherd’s pie, Britain
13. Corn on the cob, global
14. Donuts, United States
15. Kalua pig, United States
16. Egg tart, Hong Kong
17. Lobster, global
18. Kebab, Iran
19. Nam tok moo, Thailand
20. Arepas, Venezuela
21. Croissant, France
22. Brownie and vanilla ice cream, global
23. Lasagna, Italy
24. Champ, Ireland
25. Butter garlic crab, India
26. Fajitas, Mexico
27. Montreal-style smoked meat, Canada
28. Pho, Vietnam
29. Ohmi-gyu beef steak, Japan
30. Goi cuon (summer roll), Vietnam
31. Parma ham, Italy
32. Ankimo, Japan
33. Fish ‘n’ chips, Britain
34. Maple syrup, Canada
35. Chili crab, Singapore
36. Texas barbecue pork, United States
37. Chicken parm, Australia
38. French toast, Hong Kong
39. Ketchup, United States
40. Marzipan, Germany
41. Stinky tofu, Southeast Asia
42. Buttered toast with Marmite, Britain
43. Tacos, Mexico
44. Poutine, Canada
45. Chicken rice, Singapore
46. Som tam, Thailand
47. Seafood paella, Spain
48. Potato chips, United States
49. Masala dosa, India
50. Buttered popcorn, United States
Selasa, Agustus 02, 2011 | 0 komentar |


Taukahkamu, Lambang Garuda (Simbol Indonesia) Mengalami Perubahan 3 kali, Berikut Perubahannya

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ia ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.


LAMBANG PERTAMA

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.


LAMBANG KEDUA

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.


LAMBANG KETIGA

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.


LAMBANG KEEMPAT

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.

Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

source
Selasa, Agustus 02, 2011 | 0 komentar |