Sutradara Muslim terkenal Amerika, Mustafa Davis pekan ini tiba di Indonesia. Mustafa Davis mengawali agenda lawatannya di Indonesia dengan merangkul kaum muda ibukota, menggelar pemutaran film dan diskusi bersama tentang kekuatan karya-karya film, Islam di Amerika dan multikulturalisme.

Kaum muda menonton dua film sekaligus, yang berjudul “Wayward Son” dan “Deen Tight”, keduanya karya Mustafa Davis, yang selain seorang sutradara, juga penulis serta produser Muslim Amerika yang cukup terkenal.

Kedua film karya Mustafa itu bercerita tentang perjuangan kaum Muslim di Amerika dalam mewujudkan keseimbangan antara budaya dan agama.

Usai menonton bersama dan berdiskusi, Mustafa Davis menyatakan rasa simpatinya terhadap kaum muda Indonesia yang cukup antusias berbincang, membahas soal film dan keberagaman budaya, terutama terkait muslim di AS. Mustafa mengatakan, secara khusus melalui karya-karya filmnya, ia ingin berbagi dengan kaum muda Indonesia.
Budi Nahaba
Mustafa Davis, sutradara, penulis, dan produser film, yang juga seorang muslim Amerika, tengah berada di Jakarta (24/9).

Davis mengatakan, “Mengungkapkan suatu konsep yang sebenarnya, terutama tentang pandangan orang-orang yang belum mengetahui banyak tentang AS dan warga muslim di AS. Di sinilah saya ingin memberikan informasi yang sesuai apa yang sebenarnya saya alami di AS.”

Kaum muda hadir menyaksikan dan berdiskusi di studio Kineforum Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat yang berkapasitas sekitar 100 penonton itu hari Sabtu (24/9). Penonton punya komentar beragam setelah menyaksikan karya cineas muslim Amerika, Mustafa Davis.

Kiswinar (23 tahun), seorang pencinta karya-karya film dokumenter, terutama film-film yang mengisahkan masalah-masalah sosial, pemuda dan kebudayaan pop berkomentar, "Filmnya Mustafa yang pasti menginspirasi orang-orang bahkan melewati keyakinannya ya, jadi menjadi seorang muslim pun kita tidak boleh kehilangan jati diri budaya kita."

Para penonton datang dalam berbagai rombongan, termasuk kelompok mahasiswa dan pelajar. Beberapa di antaranya, perempuan karir. Salah satunya, Putri (27 tahun) yang turut menonton pemutaran film karya Mustafa Davis.
“Sebenarnya aku nggak suka film dokumenter awalnya, tapi tadi, tadi aku bisa duduk, diam, lama dan sampai selesai, kerena memang bagus sih, lihatlah (film) itu hip hop, skateboard dan Islam. Gambarin Islam di AS,” ungkap Putri.

Selama di Indonesia, Mustafa Davis akan menggelar nonton bareng dan diskusi di kota-kota penting di Sumatera dan Jawa, antara lain, Yogyakarta, Magelang, dan Palembang. Davis akan memimpin lokarkarya tentang produksi film, industri film serta penelitian dan pengembangan pembuatan film, dengan tema-tema penting seperti “Etika Dalam Pembuatan Film,” serta “Menangkap Gambar lewat Sinematografi.”

Sebelumnya, pihak Kedutaan Besar AS di Jakarta dalam rilisnya menyebutkan, bahwa Mustafa Davis berkunjung ke Indonesia melalui program “Cultural Envoy” (Duta Budaya) Departemen Luar Negeri AS yang mempertemukan para seniman AS dengan para seniman dan kalangan dunia pendidikan dari berbagai negara di dunia, untuk saling bertukar pengalaman dan keahlian.

Mustafa Davis lahir dan dibesarkan di California Utara, dan menempuh pendidikan di New York Film Academy di Universal Studios Hollywood. Sebagai seorang pemuda, Mustafa sering bepergian ke luar negeri untuk mencari kebenaran dalam seni dan membuat berbagai cerita independen.

source: www.voanews.com