Jagat musik Indonesia dinaungi awan kelabu. Legenda musik Indonesia Utha Likumahua tutup usia di usia 56 tahun di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, Selasa, 13 September 2011.
Keponakan Utha, Ria Likumahua, mengatakan Utha sempat menjalani operasi tempurung kepala pada 8 September. Dengan alasan berduka, ia menolak menjelaskan lebih lanjut. "Itu saja dulu ya, Mas. Masih belum bisa bicara banyak," kata Ria.
Penyanyi yang terkenal dengan lagu Esok Kan Masih Ada tersebut sempat terbaring koma di Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru pada 26 Juni 2011. Ia dilarikan ke rumah sakit karena kadar gula dan darah tingginya naik drastis hingga menyerang jantung.
Lebih dari 30 tahun menekuni dunia tarik suara, kata “profesionalitas” bukan hal aneh dalam kamus Doa Putra Ebal Johan Likumahua, begitu nama lengkap Utha. Utha sangat mencintai profesinya dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.
“Teknik vokal saya mungkin tidak sehebat penyanyi lain. Tapi saya berusaha menyanyi dengan hati dan jiwa. Jujur dan total. Mungkin itu yang membuat orang menyukai suara saya. Sampai sekarang saya masih kuat menyanyikan nada tinggi. Napas juga masih oke,” ujar Utha suatu hari.
Belasan album, belasan hit, dan sederet penghargaan menjadi simbol eksistensi dan totalitas Utha. Numpang lahir di Ambon, tapi besar di Bandung, Nyong Ambon ini pertama kali merekam suara lantaran ajakan musikus jazz (alm.) Chris Kayhatu.
Nada dan Prestasi yang dilempar akhir 1970-an adalah debut album Utha. Album itu mencetak hit Tersiksa Lagi yang kondang hingga saat ini. Lagu itu kemudian sempat direkam dalam irama bossas oleh Rafika Duri dengan pengarah musik Ireng Maulana.
Nama Utha disebut-sebut ketika meluncurkan album kedua Bersatu dalam Damai tahun 1983. Album yang melibatkan musikus Rully Johan, kakak kandung Ernie Johan, dan Addie MS itu bisa dihitung sebagai master piece Utha.
Album itu mencetak hit yang kini menjadi trade mark Utha. Sebut saja Bersatu dalam Damai dan Esok Kan Masih Ada. Addie memasukkan kemasan musik orkestrasi kental. “Saya begitu beruntung. Banyak musikus bagus yang membantu album saya,” ujar Utha.
Dodo Zakaria dan Oddie Agam adalah dua nama pencipta lagu yang identik dengan Utha. Hit Utha: Akira, Mereka Bukan Kita, Aku Pasti Datang dan Esok Kan Masih Ada adalah buah karya Dodo Zakaria. Sedangkan Oddie Agam menyumbangkan tembang Puncak Asmara.
Keglamoran di panggung seolah berbanding terbalik dengan keseharian Utha. Penyanyi ini mengaku bahagia membina rumah tangga dengan Debbi Farida, wanita berdarah Sunda yang dinikahinya hampir 40 tahun silam di Bandung.
Kesederhanaan dalam mengarungi hidup diakui Utha menjadi modal dirinya tetap bertahan. “Saya merasa tidak dikarunia fisik istimewa sebagai penyanyi yang diidolakan. Kepala ini juga plontos, enggak ganteng. Tapi modal suara dan totalitas saya dalam menyanyi adalah kebanggaan,” tutur Utha tersenyum.
Tak mengherankan jika Utha memilih untuk tidak membanggakan diri dengan gaya berpakaian flamboyan dan jarang hadir di pesta-pesta selebritas. “Kalau Anda datang ke rumah saya, mungkin akan terkejut. Sehari-hari saya makan tahu tempe dan tinggal di rumah sederhana saja. Tipe 21,” kata Utha beberapa tahun lalu tentang rumah mungilnya yang sederhana di Villa Mutiara, Ciputat, Jakarta Selatan.
DATA DIRI
Nama Lengkap: Doa Putra Ebal Johan Likumahua
Nama Beken: Utha Likumahua
Tempat/Tanggal Lahir: Ambon, 1 Agustus 1955
Istri: Debbi Farida
Beberapa album:
- Nada dan Apresiasi
- Bersatu Dalam Damai
- Aku Tetap Cinta
- Pundak Asmara
- Aku Pasti Datang
Penghargaan :
- Grand Prix Song’s The 6th ASEAN Festival di Manila, Filipina tahun 1989
- The 2nd in Asia Pacific Singging Contest di Hong Kong tahun 1989
- ABU World Song Festival di Malaysia berduet dengan Trie Utami dalam tembang Bila tahun 1990
source: www.tempointeraktif.com
Utha Likumahua. TEMPO/ Hariyanto
Keponakan Utha, Ria Likumahua, mengatakan Utha sempat menjalani operasi tempurung kepala pada 8 September. Dengan alasan berduka, ia menolak menjelaskan lebih lanjut. "Itu saja dulu ya, Mas. Masih belum bisa bicara banyak," kata Ria.
Penyanyi yang terkenal dengan lagu Esok Kan Masih Ada tersebut sempat terbaring koma di Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru pada 26 Juni 2011. Ia dilarikan ke rumah sakit karena kadar gula dan darah tingginya naik drastis hingga menyerang jantung.
Lebih dari 30 tahun menekuni dunia tarik suara, kata “profesionalitas” bukan hal aneh dalam kamus Doa Putra Ebal Johan Likumahua, begitu nama lengkap Utha. Utha sangat mencintai profesinya dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.
“Teknik vokal saya mungkin tidak sehebat penyanyi lain. Tapi saya berusaha menyanyi dengan hati dan jiwa. Jujur dan total. Mungkin itu yang membuat orang menyukai suara saya. Sampai sekarang saya masih kuat menyanyikan nada tinggi. Napas juga masih oke,” ujar Utha suatu hari.
Belasan album, belasan hit, dan sederet penghargaan menjadi simbol eksistensi dan totalitas Utha. Numpang lahir di Ambon, tapi besar di Bandung, Nyong Ambon ini pertama kali merekam suara lantaran ajakan musikus jazz (alm.) Chris Kayhatu.
Nada dan Prestasi yang dilempar akhir 1970-an adalah debut album Utha. Album itu mencetak hit Tersiksa Lagi yang kondang hingga saat ini. Lagu itu kemudian sempat direkam dalam irama bossas oleh Rafika Duri dengan pengarah musik Ireng Maulana.
Nama Utha disebut-sebut ketika meluncurkan album kedua Bersatu dalam Damai tahun 1983. Album yang melibatkan musikus Rully Johan, kakak kandung Ernie Johan, dan Addie MS itu bisa dihitung sebagai master piece Utha.
Album itu mencetak hit yang kini menjadi trade mark Utha. Sebut saja Bersatu dalam Damai dan Esok Kan Masih Ada. Addie memasukkan kemasan musik orkestrasi kental. “Saya begitu beruntung. Banyak musikus bagus yang membantu album saya,” ujar Utha.
Dodo Zakaria dan Oddie Agam adalah dua nama pencipta lagu yang identik dengan Utha. Hit Utha: Akira, Mereka Bukan Kita, Aku Pasti Datang dan Esok Kan Masih Ada adalah buah karya Dodo Zakaria. Sedangkan Oddie Agam menyumbangkan tembang Puncak Asmara.
Keglamoran di panggung seolah berbanding terbalik dengan keseharian Utha. Penyanyi ini mengaku bahagia membina rumah tangga dengan Debbi Farida, wanita berdarah Sunda yang dinikahinya hampir 40 tahun silam di Bandung.
Kesederhanaan dalam mengarungi hidup diakui Utha menjadi modal dirinya tetap bertahan. “Saya merasa tidak dikarunia fisik istimewa sebagai penyanyi yang diidolakan. Kepala ini juga plontos, enggak ganteng. Tapi modal suara dan totalitas saya dalam menyanyi adalah kebanggaan,” tutur Utha tersenyum.
Tak mengherankan jika Utha memilih untuk tidak membanggakan diri dengan gaya berpakaian flamboyan dan jarang hadir di pesta-pesta selebritas. “Kalau Anda datang ke rumah saya, mungkin akan terkejut. Sehari-hari saya makan tahu tempe dan tinggal di rumah sederhana saja. Tipe 21,” kata Utha beberapa tahun lalu tentang rumah mungilnya yang sederhana di Villa Mutiara, Ciputat, Jakarta Selatan.
DATA DIRI
Nama Lengkap: Doa Putra Ebal Johan Likumahua
Nama Beken: Utha Likumahua
Tempat/Tanggal Lahir: Ambon, 1 Agustus 1955
Istri: Debbi Farida
Beberapa album:
- Nada dan Apresiasi
- Bersatu Dalam Damai
- Aku Tetap Cinta
- Pundak Asmara
- Aku Pasti Datang
Penghargaan :
- Grand Prix Song’s The 6th ASEAN Festival di Manila, Filipina tahun 1989
- The 2nd in Asia Pacific Singging Contest di Hong Kong tahun 1989
- ABU World Song Festival di Malaysia berduet dengan Trie Utami dalam tembang Bila tahun 1990
source: www.tempointeraktif.com