Suasana salah satu pasar pabukoan di
Pesisir Selatan. (foto: feb)
Puasa membawa berkah, merupakan hal yang tak terbantahkan. Bukan saja dari segi limpahan pahala dari amalan-amalan yang dikerjakan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari terasa berkah itu tak bisa dipungkiri.
Lihat saja semisal pedagang makanan dan minuman di Pasar Pabukoan yang bermunculan di pinggir-pinggir jalan, di pasar-pasar dan di lokasi keramaian. Puasa membuat pedagang makanan dan minuman semakin kreatif memanfaatkan warga yang ingin mencicipi beragam kuliner tanpa harus capek membuatnya.
Bagi warga masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan, menjual makanan dan minuman pada bulan puasa sudah semakin berkembang sejak beberapa tahun belakangan. Utamanya sejak kebijakan pemerintah memberlakukan pegawai harus masuk kantor dalam bulan puasa, pasar kuliner semakin bermunculan terutama di kawasan yang penduduknya mayoritas pegawai negeri.
Seperti di Kota Painan, setiap bulan puasa, pedagang mulai melokasikan diri di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh kelompok pemuda nagari setempat untuk menggelar beragam macam masakan dan makanan ringan serta minuman ringan. Tak kurang dari Bekas terminal oplet, Pasar Inpres Painan, lapangan tenis depan RSUD M. Zein dan sepanjang jalan M. Hatta, banyak berjubel pedagang makanan.
Mereka tidak saja berjualan penganan ringan atau cemilan, tetapi tak sedikit yang menjual masakan jadi untuk lauk pauk yang khas dan menggugah selera. Biasanya lauk pauk yang dijual memiliki kekhasan tersendiri. Diantaranya ada Ayam Panggang, Ikan bakar, Goreng Ikan dengan cabe hijau, Lalap-lalapan, Gulai kepala Ikan sampai kepada "Samba lado bada kariang".
Dari kekhasannya, membuat warga yang kebetulan lewat atau memang sengaja datang untuk sekedar cuci mata pada sore hari menjelang waktu berbuka menjadi tergiur dan tanpa sengaja merogoh kocek membeli sesuatu untuk dibungkus dan dibawa pulang.
Yuni, salah seorang pegawai kantor bupati Pesisir Selatan bahkan jarang memasak pada bulan puasa. Setiap sore sepulang kantor, ia mengaku selalu mampir ke Pasar Pabukoan untuk membeli sesuatu untuk santap berbuka bersama suaminya. Maklum, pegawai yang baru beberapa bulan menikah ini hanya tinggal berdua dengan sang suami yang juga pegawai negeri sehingga urusan memasak menu puasa tidak menjadi beban baginya.
"Paling kalau ada menu masakan baru atau yang sengaja dipesan suami saja baru memasak sendiri di rumah. Kalau tidak untuk santap berbuka puasa cukup datang ke Pasar Pabukoan," kata Yuni, Selasa (2/8).
Pengunjung pasar pabukoan tidak melulu kaum ibu. Kaum bapak tak ketinggalan juga ikut berkeliling ke pasar-pasar pabukoan untuk "melihat-lihat" makanan yang bisa menggugah selera.
"Biasanya suka iseng melihat penganan ringan yang dijual jadi ikut membeli untuk cemilan di rumah," kata Irzal, seorang bapak yang kebetulan berada di Pasar Pabukoan terminal Oplet, Painan. Irzal mengaku membeli penganan dan beberapa macam makanan ringan sekedar untuk menambah ragam kuliner santap berbuka.
Etek Ros, salah seorang pedagang masakan mengaku mendapat hasil cukup lumayan dari usahanya berjualan selama bulan puasa. Dengan menjual berbagai masakan lauk pauk ia mengaku bisa mengantongi keuntungan hingga Rp150 ribu sehari.
"Tapi itu kalau cuaca sedang baik dan dagangan yang dibikin bisa terjual habis," katanya.
Perempuan setengah baya ini mengaku sudah berjualan setiap bulan puasa sejak lima tahun lalu. Pengalaman pahitnya berjualan masakan adalah ketika tiba - tiba cuaca tidak bersahabat dann turun hujan menjelang sore hari sehingga jarang warga yang keluar untuk membeli masakan.
"Kalau sudah begitu jualan banyak tersisa dan tentu saja mengalami kerugian," tuturnya.
Namun demikian, Etek Ros mengaku tidak langsung kapok berjualan. Baginya resiko berjualan masakan siap saji, harus siap dagangan tidak laris dan siap rugi.
Lain lagi cerita Idar, pedagang makanan ringan di lapangan tenis depan RSUD M. Zein Painan. Perempuan ini menjual beberapa jenis makanan cemilan seperti Onde Onde, Lepat, Lopis, Serabi, Pindukuik dan beberapa jenis penganan lainnya. Kebanyakan calon pembeli selalu memborong dalam jumlah cukup banyak, bahkan tak jarang yang memesan untuk keperluan berbuka bersama.
"Karena banyak permintaan, kadang kue-kue yang dipesan tidak dibikin sendiri tetapi juga memesan kepada pedagang lain," kata Idar.
Namun untuk dijual di pasar pabukoan menurut Idar adalah hasil buatan sendiri, karena ia dibantu oleh dua orang anaknya.
Berjualan masakan siap saji dan penganan cemilan selama bulan puasa, meskipun diakui bisa mendatangkan hasil yang lumayan, pedagang mengaku tidak selamanya selalu habis terjual. Adakalanya karena berbagai faktor, seperti hujan tiba-tiba dagangan tidak banyak yang terjual. Kalau sudah begitu, pedagang terpaksa mengurut dada. Kue-kue atau masakan yang tidak terjual terpaksa dikonsumsi sendiri dan kadang dibagikan kepada tetangga.
Namun demikian, bukan saja pedagang yang berharap pasar kuliner bisa dipertahankan, masayarakat pun berkeinginan pasar pabukoan ini tetap ada setiap bulan puasa. Banyak manfaat bagi masyarakat terutama yang super sibuk dengan pekerjaan atau yang jumlah anggota keluarga sedikit, pasar kuliner menjadi pilihan daripada harus disibukkan dengan memasak untuk santap berbuka.
Selain bisa menghemat karena bisa membeli sesuai kebutuhan, diakui juga oleh sebagian masyarakat, berpuasa kadang membuat malas untuk beraktifitas dan pasar pabukoan menjadi pilihan. Pedagang Pabukoan dengan segala suka duka, sangat dibutuhkan masyarakat dalam bulan puasa. Semoga puasa kali ini para pedagang memperoleh keuntungan yang layak sehingga bisa berbahagia di hari raya (padangmedia)