Keren,,Inilah Lukisan seorang Tuna Netra Yang Mengagumkan
Dmitri tidak buta sejak lahir, dia kehilangan penglihatannya dalam misi penggalian di sebuah hutan di Ukraina untuk mencari sisa-sisa mayat serdadu Rusia korban perang dunia ke-2. Dia terkena ledakan ranjau darat yang dipasang NAZI Jerman 50 tahun yang lalu yang mengakibatkan kebutaannya.
Sebelum kecelakaan tersebut, lukisan Dmitri sudah cukup dikenal di kalangan seniman lokal. Begitu kehilangan penglihatannya Dmitri menjadi depresi hingga suatu ketika seorang kawan lamanya datang dan mencoba membangkitkan lagi semangat Dmitri dengan mengadakan pameran karya-karya Dmitri.
Semangat Dmitri pun mulai bangkit, bahkan sebelum pameran dia mulai mencoba melukis lagi untuk membuktikan bahwa walaupun tidak bisa melihat dia masih bisa berkarya. “Setiap hasil yang besar dimulai dengan satu langkah kecil” katanya.
Mulailah dia mulai mencoba melukis lagi, tentu saja pada awalnya dia banyak mengalami kesulitan tetapi berkat ketekunannya akhirnya lahirlah karya pertamanya sebagai seorang seniman tunanetra. Hingga sekarang sudah sekitar 250 lukisan karyanya yang mendapat pujian dari para kritikus seni.
inilah kuasa Tuhan dan kekuatan niat seseorang yang bisa meledakkan perkiraan dan mencapai tujuan. Inilah beberapa hasil karyanya:
Inilah Kisah Seorang Pemakan Bangkai dan Kotoran Manusia dari Medan
Siwok sintol_Pak Musik Alias Wak Balon “Sumanto Asal Medan” punya kelainan aneh ,suka makan bangkai dan kotoran manusia, ingin makan bangkai manusia namun takut di pidana.
Inilah Kisah Seorang Pemakan Bangkai dan Kotoran Manusia dari Medan
Berbeda dengan Sumanto yang suka memakan tubuh manusia yang telah meninggal, Lagu Singgarimbun alias Pak Musik alias wak Balon sumber (52) ‘hanya’ hobi memakan bangkai hewan dan kotoran manusia. Warga Langkat, Sumut, tepatnya dari Dusun Sepirak, Desa Besadi, Kecamatan Kuala itu mengaku sudah 28 tahun menjalani hidup aneh itu. Dia mengaku, setidaknya dalam dua hari sekali, dia menyantap bangkai.
Rupanya warga di sekitaran itu telah lama mengetahui kelakuan aneh Pak Musik. Dikutip ruanghati.com dari Pos Metro Medan (grupnya JPNN) bertandang ke rumahnya. Semula, dia sedang asyik duduk menyandar di dinding warung dekt rumahnya, sambil menyulut rokok. Dia tidak mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung warna hijau. Setelah memperkenalkan diri dan memberitahu maksud kedatangan Pos Metro Medan, ayah lima orang anak inipun sempat terdiam sejenak namun belakangan mengajak tamunya ke ke rumahnya.
“Ya udah. Kita ke rumah aja biar enak ceritanya,” katanya sambil beranjak dari duduk. “Beginilah rumah kita. Di dalam dan di luar, sama aja,” ujar Pak Musik berbasa-basi sambil mengembangkan tikar plastik di teras. Setelah mempersilahkan duduk, sesekali dia menatap tajam ke arah wartawan ini. “Kalau masalah itu, barusan saja saya makan bangkai dipingir sungai, ini tangan saya masih berbekas (maksudnya bekas bangkai-red),” ungkapnya sambil membuka telapak tangan kanannya.
Meski rutin mengkonsumsi bangkai ternak atau binatang, tapi Pak Musik mengaku tidak pernah ada masalah dengan kesehatannya. Bahkan menurutnya, bangkai yang disantapnya merupakan obat bagi tubuhnya. “Selama saya memakan bangkai itu, tak pernah sekalipun perut saya sakit. Artinya kesehatan saya tidak pernah terganggu, begitu juga ketika memakan kotoran manusia, saya tetap sehat-sehat aja, malah bertambah sehat rasanya,” ujarnya enteng.
Dia mengaku bangkai hewan apa saja yang pernah disantapnya, mulai dari bangkai ayam, ikan busuk dan bangkai-bangkai hewan lainya. “Kalau saya sebutkan satu satu, mungkin terlalu banyak,” ujarnya. Tapi yang pasti, lanjutnya, yang sering disantap bangkai ayam yang sudah banyak belatungnya. “Rasanya enak kok kalau dimakan pakai nasi,” jelas Pak Musik seraya mengaku terkadang memakan ayam bangkai tadi dengan bulu-bulunya.”
Dia sendiri mengakui kebiasan unik itu tergolong aneh. Karenanya, saat memakan bangkai dan kotoran manusia, tapi tak sekalipun dilakukannya di hadapan orang, termasuk anggota keluarganya. Katanya, kasihan sama anak dan istri saya, yang bisa tidak bisa makan lantaran melihat adegan itu. Saat makan bangkai atau kotoran manusia, dilakukan di pinggir sungai atau kebun agar tidak dilihat oleh mereka. Dikatakan, bangkai-bangkai biasanya disantap dengan nasi putih.
Dia tampak keberatan saat ditanya latar belakang yang membuatnya berperilaku aneh itu. Sambil membetulkan letak kainnya, ia mengatakan, “Nggak usah cerita masa lalu saya. Karena yang ingin diketahui, kan cuma saya makan bangkai. Kan itu saja?” dia sempat bekerja layaknya orang-orang normal lainnya. Namun menarik nya , dia mau membuka cerita masa lalu setelah di desak.
Pria yang telah separuh beruban ini, pernah menjadi pekerja seorang penguasa sukses yang punya puluhan angkutan umum. Cerita dia, pada suatu hari, ada sebuah barang berharga milik si pengusaha diklaim hilang. Tanpa punya dasar dan bukti yang kuat, Pak Musik dicurigai sebagai pelakunya. Kecurigaan pengusaha itu, karena mendengar bisikan rekannya yang kaya. Padahal belakangan diketahui, rekannya itulah yang sebenarnya mencuri barang berharga tersebut. Meski dia sudah bersumpah berulang kali, tuduhan tetap idak berubah.
Dia bahkan sudah memberitahukan kepada si pengusaha bahwa pencurinya adalah empat orang yang sebelumnya dianggap Pak Musik sebagai sahabat baiknya. Tapi pengusaha itu tidak yakin atas pengakuan Pak Musik. Alasannya, orang yang dituduhkan tadi banyak duit. “Sejak saat itu, saya berhenti bekerja,’ ceritanya.
Namun, selang beberapa bulan kemudian, Pak Musik dipanggil lagi oleh si pengusaha yang megaku telah mengetahui siapa sebenarnya orang yang mencuri asetnya. Karena sudah telanjur sakit hati, Pak Musik tidak mau lagi bekerja. Terlebih, “saya ingat betul dengan kata-kata sohib si pengusaha yang mengatakan, saya orang miskin tidak ada gunanya hidup kalau tidak punya ilmu.’
Terngiang kalimat sahabatnya itulah, Pak Musik berjanji dalam hati, suatu hari nanti, dia akan berguna bagi orang lain. Sewaktu mengucapkan ikrar itu, di situlah Pak Musik mengambil sepotong daging ayam goreng yang telah busuk lalu memakannya. Sejak saat itu, memakan daging busuk atau bangkai, tak lagi menjadi masalah baginya. “Kalau makan bangkai, setidaknya dua hari sekalilah,” imbuhnya tersenyum.
Pria yang hanya sekolah hingga kelas 3 SD itu pun cerita, kampung orang tuanya di Kuta Buluh Semole, Tanah Karo, sedangkan Pak Musik sendiri kelahiran Padang Bulan, Medan. dia anak kelima dari delapan bersaudara. Sejak tidak bersekolah lagi, Pak Musik hidup dan dibesarkan dari satu kampung ke kampung lainnya. Bahkan mulai hidup berpindah-pindah dari kota yang satu ke kota lain.
source:
Inilah Kisah Seorang Pemakan Bangkai dan Kotoran Manusia dari Medan
Rupanya warga di sekitaran itu telah lama mengetahui kelakuan aneh Pak Musik. Dikutip ruanghati.com dari Pos Metro Medan (grupnya JPNN) bertandang ke rumahnya. Semula, dia sedang asyik duduk menyandar di dinding warung dekt rumahnya, sambil menyulut rokok. Dia tidak mengenakan baju dan hanya memakai kain sarung warna hijau. Setelah memperkenalkan diri dan memberitahu maksud kedatangan Pos Metro Medan, ayah lima orang anak inipun sempat terdiam sejenak namun belakangan mengajak tamunya ke ke rumahnya.
“Ya udah. Kita ke rumah aja biar enak ceritanya,” katanya sambil beranjak dari duduk. “Beginilah rumah kita. Di dalam dan di luar, sama aja,” ujar Pak Musik berbasa-basi sambil mengembangkan tikar plastik di teras. Setelah mempersilahkan duduk, sesekali dia menatap tajam ke arah wartawan ini. “Kalau masalah itu, barusan saja saya makan bangkai dipingir sungai, ini tangan saya masih berbekas (maksudnya bekas bangkai-red),” ungkapnya sambil membuka telapak tangan kanannya.
Meski rutin mengkonsumsi bangkai ternak atau binatang, tapi Pak Musik mengaku tidak pernah ada masalah dengan kesehatannya. Bahkan menurutnya, bangkai yang disantapnya merupakan obat bagi tubuhnya. “Selama saya memakan bangkai itu, tak pernah sekalipun perut saya sakit. Artinya kesehatan saya tidak pernah terganggu, begitu juga ketika memakan kotoran manusia, saya tetap sehat-sehat aja, malah bertambah sehat rasanya,” ujarnya enteng.
Dia mengaku bangkai hewan apa saja yang pernah disantapnya, mulai dari bangkai ayam, ikan busuk dan bangkai-bangkai hewan lainya. “Kalau saya sebutkan satu satu, mungkin terlalu banyak,” ujarnya. Tapi yang pasti, lanjutnya, yang sering disantap bangkai ayam yang sudah banyak belatungnya. “Rasanya enak kok kalau dimakan pakai nasi,” jelas Pak Musik seraya mengaku terkadang memakan ayam bangkai tadi dengan bulu-bulunya.”
Dia sendiri mengakui kebiasan unik itu tergolong aneh. Karenanya, saat memakan bangkai dan kotoran manusia, tapi tak sekalipun dilakukannya di hadapan orang, termasuk anggota keluarganya. Katanya, kasihan sama anak dan istri saya, yang bisa tidak bisa makan lantaran melihat adegan itu. Saat makan bangkai atau kotoran manusia, dilakukan di pinggir sungai atau kebun agar tidak dilihat oleh mereka. Dikatakan, bangkai-bangkai biasanya disantap dengan nasi putih.
Dia tampak keberatan saat ditanya latar belakang yang membuatnya berperilaku aneh itu. Sambil membetulkan letak kainnya, ia mengatakan, “Nggak usah cerita masa lalu saya. Karena yang ingin diketahui, kan cuma saya makan bangkai. Kan itu saja?” dia sempat bekerja layaknya orang-orang normal lainnya. Namun menarik nya , dia mau membuka cerita masa lalu setelah di desak.
Pria yang telah separuh beruban ini, pernah menjadi pekerja seorang penguasa sukses yang punya puluhan angkutan umum. Cerita dia, pada suatu hari, ada sebuah barang berharga milik si pengusaha diklaim hilang. Tanpa punya dasar dan bukti yang kuat, Pak Musik dicurigai sebagai pelakunya. Kecurigaan pengusaha itu, karena mendengar bisikan rekannya yang kaya. Padahal belakangan diketahui, rekannya itulah yang sebenarnya mencuri barang berharga tersebut. Meski dia sudah bersumpah berulang kali, tuduhan tetap idak berubah.
Dia bahkan sudah memberitahukan kepada si pengusaha bahwa pencurinya adalah empat orang yang sebelumnya dianggap Pak Musik sebagai sahabat baiknya. Tapi pengusaha itu tidak yakin atas pengakuan Pak Musik. Alasannya, orang yang dituduhkan tadi banyak duit. “Sejak saat itu, saya berhenti bekerja,’ ceritanya.
Namun, selang beberapa bulan kemudian, Pak Musik dipanggil lagi oleh si pengusaha yang megaku telah mengetahui siapa sebenarnya orang yang mencuri asetnya. Karena sudah telanjur sakit hati, Pak Musik tidak mau lagi bekerja. Terlebih, “saya ingat betul dengan kata-kata sohib si pengusaha yang mengatakan, saya orang miskin tidak ada gunanya hidup kalau tidak punya ilmu.’
Terngiang kalimat sahabatnya itulah, Pak Musik berjanji dalam hati, suatu hari nanti, dia akan berguna bagi orang lain. Sewaktu mengucapkan ikrar itu, di situlah Pak Musik mengambil sepotong daging ayam goreng yang telah busuk lalu memakannya. Sejak saat itu, memakan daging busuk atau bangkai, tak lagi menjadi masalah baginya. “Kalau makan bangkai, setidaknya dua hari sekalilah,” imbuhnya tersenyum.
Pria yang hanya sekolah hingga kelas 3 SD itu pun cerita, kampung orang tuanya di Kuta Buluh Semole, Tanah Karo, sedangkan Pak Musik sendiri kelahiran Padang Bulan, Medan. dia anak kelima dari delapan bersaudara. Sejak tidak bersekolah lagi, Pak Musik hidup dan dibesarkan dari satu kampung ke kampung lainnya. Bahkan mulai hidup berpindah-pindah dari kota yang satu ke kota lain.
source:
Batik Tanah Liek Dan Sulam Bayangan Dipatenkan
Batik Tanah Liek dan Sulam Bayangan kebanggan masyarakat kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) diakui legalitas dan kebaradaanya.
Pengakuan ini ditandai dengan diterimanya hak cipta ekspresi Folklor Batik Tanah Liek dan hak paten Sulam Aplikasi Timbul dan Sulam Bayangan oleh ketua Dekranasda Pessel, Wartawati Nasrul.
Penyerahan yang dilakukan melalui bupati Pesisir Selatan Nasul Abit itu, dilaksanakan pada upacara gabungan semua SKPD di halaman kantor bupati setempat Senin kemarin.
Sertifikat dua jenis kerajinan milik masyarakat kabupaten Pesisir Selatan yang dilahirkan oleh kementrian hukum dan HAM RI ini, memang didasari kerena Sulam Bayangan dengan motif Tanah Liek itu tidak dimiliki oleh daerah lain. Dua jenis ini sekarang sudah mulai mendunia, sebab sering tampil diberbagai iven dan pameran baik yang dilakukan di dalam daerah, nasional maupun luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Ketua Dekranasda Pessel, Wartawati Nasrul, usai menerima sertifikat ini menjelaskan bahwa dua jenis kerajinan yang memiliki spesifik tersendiri itu memang tidak dimiliki oleh daerah lain.
"Motif tanah liek dan sulam bayangan ini, keberadaanya hampir saja punah atau hilang di telan zaman. Ini sangat terasa ketika tahun 2006 lalu Dekranasda Pessel melakukan inventarisir kekayaan seni buda yang dimiliki, terutama yang bersifat kerajinan," ungkapnya.
Ditambahkanya, sulam bayangan pada tahun 2006 lalu hanya dilakoni oleh satu pengrajin saja. Yakni di negari Barung Barung Belantai kecamatan Koto XI Tarusan.
Tidak berkembangnya usaha kerajinan sulam bayangan saat itu, memang disebabkan karena kurangnya promosi dan juga bersifat monoton. Karena persoalan itu, sehingga dijadikanlah sebagai sasaran pembinaan agar bisa berkembang sebagai mana saat ini.
"Dulu sulam bayangan ini hanya sebagai bahan dasar Mukenah, sekarang sudah dikembangkan untuk dasar pakaian selendang dan lainya," jelasnya.
Kondisi yang tak jauh beda juga dialami motif khasnya Pesisir Selatan yakni tanah liek. Sebelas jenis motif itu dinilai akan bisa menjadi duta ranah Pesisir Selatan di masa depan. Sehingga perlu untuk dibangkitkan kembalai. Upaya ini cukup membuahkan hasil, sebab permohonan yang diajukan tanggal 11 Agustus 2008 ke Menkum HAM ini telelah membuahkan hasil. Begitu pula untuk jenis sulam bayangan yang permohonanya dilakukan tanggal 18 September 2008, satu bulan setelah permohonan batik tanah liek.
"Proses pangakuan ini memang melalui proses yang cukup panjang, sebab harus melalui uji dan verifikasi dulu, sebab bila salah dalam membuat keputusan sebagai mana sertifikat yang diterima saat ini, bisa mendapat komplain dari daerah lain," terangnya.
Dengan telah diterimanya serifikat ini, maka Pesisir Selatan telah memiliki dua jenis produk kerajinan rakyat yang akan manjadikan daerah ini dikenal. Selain itu, juga menjadi peluang baru pula dalam membuka lapangan kerja baru.
"Jaminan ketersedian produk ini akan menambah kepercayaan konsumen untuk bekerjasama dalam hal pemasaran. Sebab jenis ini bukan saja digemari oleh masyarakat lokal, tapi juga dari luar negeri," tutupnya. (yo)
source:minang-today.com
Pengakuan ini ditandai dengan diterimanya hak cipta ekspresi Folklor Batik Tanah Liek dan hak paten Sulam Aplikasi Timbul dan Sulam Bayangan oleh ketua Dekranasda Pessel, Wartawati Nasrul.
Penyerahan yang dilakukan melalui bupati Pesisir Selatan Nasul Abit itu, dilaksanakan pada upacara gabungan semua SKPD di halaman kantor bupati setempat Senin kemarin.
Sertifikat dua jenis kerajinan milik masyarakat kabupaten Pesisir Selatan yang dilahirkan oleh kementrian hukum dan HAM RI ini, memang didasari kerena Sulam Bayangan dengan motif Tanah Liek itu tidak dimiliki oleh daerah lain. Dua jenis ini sekarang sudah mulai mendunia, sebab sering tampil diberbagai iven dan pameran baik yang dilakukan di dalam daerah, nasional maupun luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Ketua Dekranasda Pessel, Wartawati Nasrul, usai menerima sertifikat ini menjelaskan bahwa dua jenis kerajinan yang memiliki spesifik tersendiri itu memang tidak dimiliki oleh daerah lain.
"Motif tanah liek dan sulam bayangan ini, keberadaanya hampir saja punah atau hilang di telan zaman. Ini sangat terasa ketika tahun 2006 lalu Dekranasda Pessel melakukan inventarisir kekayaan seni buda yang dimiliki, terutama yang bersifat kerajinan," ungkapnya.
Ditambahkanya, sulam bayangan pada tahun 2006 lalu hanya dilakoni oleh satu pengrajin saja. Yakni di negari Barung Barung Belantai kecamatan Koto XI Tarusan.
Tidak berkembangnya usaha kerajinan sulam bayangan saat itu, memang disebabkan karena kurangnya promosi dan juga bersifat monoton. Karena persoalan itu, sehingga dijadikanlah sebagai sasaran pembinaan agar bisa berkembang sebagai mana saat ini.
"Dulu sulam bayangan ini hanya sebagai bahan dasar Mukenah, sekarang sudah dikembangkan untuk dasar pakaian selendang dan lainya," jelasnya.
Kondisi yang tak jauh beda juga dialami motif khasnya Pesisir Selatan yakni tanah liek. Sebelas jenis motif itu dinilai akan bisa menjadi duta ranah Pesisir Selatan di masa depan. Sehingga perlu untuk dibangkitkan kembalai. Upaya ini cukup membuahkan hasil, sebab permohonan yang diajukan tanggal 11 Agustus 2008 ke Menkum HAM ini telelah membuahkan hasil. Begitu pula untuk jenis sulam bayangan yang permohonanya dilakukan tanggal 18 September 2008, satu bulan setelah permohonan batik tanah liek.
"Proses pangakuan ini memang melalui proses yang cukup panjang, sebab harus melalui uji dan verifikasi dulu, sebab bila salah dalam membuat keputusan sebagai mana sertifikat yang diterima saat ini, bisa mendapat komplain dari daerah lain," terangnya.
Dengan telah diterimanya serifikat ini, maka Pesisir Selatan telah memiliki dua jenis produk kerajinan rakyat yang akan manjadikan daerah ini dikenal. Selain itu, juga menjadi peluang baru pula dalam membuka lapangan kerja baru.
"Jaminan ketersedian produk ini akan menambah kepercayaan konsumen untuk bekerjasama dalam hal pemasaran. Sebab jenis ini bukan saja digemari oleh masyarakat lokal, tapi juga dari luar negeri," tutupnya. (yo)
source:minang-today.com
Menyigi Pasar Bandaaia Pasie Nan Tigo, yang Dikelola Kaum
Pasar Bandaaia, Pasie Nan Tigo, Kototangah dibangun dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Warga di sana menolak campur tangan Pemko dalam pembangunannya. Alasannya sederhana, mereka tidak mau “cengkeraman” Pemko lebih besar dan menghilangkan peran warga. Seperti apa geliat ekonomi di sana?
DARI kejauhan, tampak kapal-kapal nelayan tertambat di bibir pantai. Agak sedikit jauh ke tengah, tampak pula kapal bagan. Mereka baru saja menyelesaikan bongkar muat ikan hasil tangkapan semalam.
Sementara itu, sejumlah ibu-ibu dan para bapak sedang asyik memilih ikan yang baru saja dibongkar. Anak-anak mereka juga ikut berjibaku proses bongkar muat dan pemilahan ikan itu.
Tak sunyi di pagi itu. Suara teriakan sahut menyahut. Para pedagang dengan ramah memanggil pembeli sembari mempromosikan kualitas ikan segarnya. “Bali da, ni , pak, buk,” seru penjual ikan berebut konsumen.
Di sudut lain, para pedagang bersitungkuslumus mengupas kelapa, mengaduk tepung, dan menggiling cabai. Suasana keakraban begitu kental, khas pasar tradisional.
Pasar Bandaaia yang berada di dekat Pantai Pasiejambak dengan luas sekitar satu hektare itu, saban pagi memang ramai dikunjungi pembeli. Ya, dari dulunya.
Para pengunjung datang dari penjuru Kota Padang.
Sejak beberapa bulan terakhir, aktivitas Pasar Bandaaia semakin ramai. Terlebih, sejak pasar direlokasi agak jauh dari bibir pantai, yakni ke tanah kaum Suku Sikumbang. Pasar ini dibangun tahun 2000 dan dikelola Rosmawir, ninik mamak Suku Sikumbang.
Relokasi pasar dilakukan karena rawan abrasi. Lihat saja, bekas lokasi pasar yang dulunya di bibir pantai, kini hilang tanpa bekas diterjang gelombang pasang.
Dulunya, di pasar ini, para pedagang hanya menjual ikan di atas meja seadanya. Kondisinya pun semrawut. Lelaki berumur 60 tahun itu, kemudian melakukan penataan dengan membangun los-los kecil sehingga dagangan bisa rapi dan tak berserakan.
“Setiap meja dikenakan pungutan Rp 3.000 per hari. Rasanya tidak memberatkan para pedagang,” ujar Rosmawir kepada Padang Ekspres, kemarin (28/7).
Tahun 2003, Pasar Bandaair “naik kelas”. Romawir bertekad meningkatkan pembangunan pasar. Dia mengubah bentuk pasar yang dulunya hanya meja, menjadi berbentuk kios. Pasar tampak lebih hidup dan semarak. Alhasil, para pengunjung terus bertambah. Pasar pun semakin ramai.
Kios-kios yang selesai dibangun disewakan kepada pedagang. Harganya Rp 2 juta setahun. Kehadiran pasar memberi banyak peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Selain berdagang, mereka juga bisa menyediakan jasa transportasi ojek dan tukang angkut.
Rosmawir mengungkapkan, beberapa kali petugas dari Dinas Pasar datang dan menawarkan untuk membangun pasar tersebut. Namun, dia menolak karena tak mau ada masalah di kemudian hari.
Dia takut, jika pasar diserahkan ke Pemko, maka haknya sebagai pemilik akan hilang. Padahal, pasar dibangun di atas tanah sukunya. Dari pasar itu, Rosmawir mendapatkan penghasilan lumayan. Bahkan saat ini dia sudah mendaftarkan diri untuk naik haji.
Ada 200 pedagang di pasar tradisional itu. Dengan jumlah kios mencapai 100 unit plus beberapa lapak-lapak meja di pinggiran pantai. Rosmawir memperkirakan ada seribu orang yang berkunjung ke pasar itu setiap paginya.
Aktivitas pasar berlangsung setiap paginya dari pukul 07.00 sampai Pukul 12.00. Para pembeli berasal dari kompleks Mutiara Putih, Lubuk Gading Permai, Kompleks Singgalang, Permata Biru dan Bumi Serdang Damai. Bahkan, ada pedagang ikan keliling dari Lubukalung berbelanja ke sini.
Armen, pedagang makanan di pasar itu mengatakan, mulai berdagang sejak tujuh tahun lalu dengan mengontrak kios Rp 2 juta per tahun. Dia mengaku senang berdagang di sini karena semakin ramai. Dari hasil penjualan, dia mengaku bisa menghidupi keluarganya.
“Dulu waktu saya berjualan, kami hanya di pinggir pantai dan semrawut. Sekarang sudah tidak lagi,” ujarnya.
Pembeli juga kelihatan senang berbelanja di sini. Keteraturan dan kenyamanan menjadi alasan. “Ikannya segar-segar dan dekat pula dari rumah. Harganya pun lebih murah dibanding Pasar Raya,” ujar Yuanita, 47, seorang pembeli.
Pemko memang berperan besar dalam pembangunan. Tapi, menunggu segalanya datang dari Pemko, juga tak mengubah apa pun. Masyarakat Bandaaia membuktikan, hanya mereka yang mampu mengubah nasib hidup. (mg10)
DARI kejauhan, tampak kapal-kapal nelayan tertambat di bibir pantai. Agak sedikit jauh ke tengah, tampak pula kapal bagan. Mereka baru saja menyelesaikan bongkar muat ikan hasil tangkapan semalam.
Sementara itu, sejumlah ibu-ibu dan para bapak sedang asyik memilih ikan yang baru saja dibongkar. Anak-anak mereka juga ikut berjibaku proses bongkar muat dan pemilahan ikan itu.
Tak sunyi di pagi itu. Suara teriakan sahut menyahut. Para pedagang dengan ramah memanggil pembeli sembari mempromosikan kualitas ikan segarnya. “Bali da, ni , pak, buk,” seru penjual ikan berebut konsumen.
Di sudut lain, para pedagang bersitungkuslumus mengupas kelapa, mengaduk tepung, dan menggiling cabai. Suasana keakraban begitu kental, khas pasar tradisional.
Pasar Bandaaia yang berada di dekat Pantai Pasiejambak dengan luas sekitar satu hektare itu, saban pagi memang ramai dikunjungi pembeli. Ya, dari dulunya.
Para pengunjung datang dari penjuru Kota Padang.
Sejak beberapa bulan terakhir, aktivitas Pasar Bandaaia semakin ramai. Terlebih, sejak pasar direlokasi agak jauh dari bibir pantai, yakni ke tanah kaum Suku Sikumbang. Pasar ini dibangun tahun 2000 dan dikelola Rosmawir, ninik mamak Suku Sikumbang.
Relokasi pasar dilakukan karena rawan abrasi. Lihat saja, bekas lokasi pasar yang dulunya di bibir pantai, kini hilang tanpa bekas diterjang gelombang pasang.
Dulunya, di pasar ini, para pedagang hanya menjual ikan di atas meja seadanya. Kondisinya pun semrawut. Lelaki berumur 60 tahun itu, kemudian melakukan penataan dengan membangun los-los kecil sehingga dagangan bisa rapi dan tak berserakan.
“Setiap meja dikenakan pungutan Rp 3.000 per hari. Rasanya tidak memberatkan para pedagang,” ujar Rosmawir kepada Padang Ekspres, kemarin (28/7).
Tahun 2003, Pasar Bandaair “naik kelas”. Romawir bertekad meningkatkan pembangunan pasar. Dia mengubah bentuk pasar yang dulunya hanya meja, menjadi berbentuk kios. Pasar tampak lebih hidup dan semarak. Alhasil, para pengunjung terus bertambah. Pasar pun semakin ramai.
Kios-kios yang selesai dibangun disewakan kepada pedagang. Harganya Rp 2 juta setahun. Kehadiran pasar memberi banyak peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Selain berdagang, mereka juga bisa menyediakan jasa transportasi ojek dan tukang angkut.
Rosmawir mengungkapkan, beberapa kali petugas dari Dinas Pasar datang dan menawarkan untuk membangun pasar tersebut. Namun, dia menolak karena tak mau ada masalah di kemudian hari.
Dia takut, jika pasar diserahkan ke Pemko, maka haknya sebagai pemilik akan hilang. Padahal, pasar dibangun di atas tanah sukunya. Dari pasar itu, Rosmawir mendapatkan penghasilan lumayan. Bahkan saat ini dia sudah mendaftarkan diri untuk naik haji.
Ada 200 pedagang di pasar tradisional itu. Dengan jumlah kios mencapai 100 unit plus beberapa lapak-lapak meja di pinggiran pantai. Rosmawir memperkirakan ada seribu orang yang berkunjung ke pasar itu setiap paginya.
Aktivitas pasar berlangsung setiap paginya dari pukul 07.00 sampai Pukul 12.00. Para pembeli berasal dari kompleks Mutiara Putih, Lubuk Gading Permai, Kompleks Singgalang, Permata Biru dan Bumi Serdang Damai. Bahkan, ada pedagang ikan keliling dari Lubukalung berbelanja ke sini.
Armen, pedagang makanan di pasar itu mengatakan, mulai berdagang sejak tujuh tahun lalu dengan mengontrak kios Rp 2 juta per tahun. Dia mengaku senang berdagang di sini karena semakin ramai. Dari hasil penjualan, dia mengaku bisa menghidupi keluarganya.
“Dulu waktu saya berjualan, kami hanya di pinggir pantai dan semrawut. Sekarang sudah tidak lagi,” ujarnya.
Pembeli juga kelihatan senang berbelanja di sini. Keteraturan dan kenyamanan menjadi alasan. “Ikannya segar-segar dan dekat pula dari rumah. Harganya pun lebih murah dibanding Pasar Raya,” ujar Yuanita, 47, seorang pembeli.
Pemko memang berperan besar dalam pembangunan. Tapi, menunggu segalanya datang dari Pemko, juga tak mengubah apa pun. Masyarakat Bandaaia membuktikan, hanya mereka yang mampu mengubah nasib hidup. (mg10)
Sejarah Kompetisi Sepak Bola Indonesia
VIVAnews - Mulai musim depan, format kompetisi Indonesia kembali berubah. PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin memutuskan untuk merombak total format kompetisi yang sudah berjalan selama ini dan memulainya dari nol.
Hasil kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) dan Divisi Utama musim lalu tidak diakui oleh PSSI. Tim-tim yang seharusnya degradasi dari ISL kini mendapat peluang untuk tampil di kasta tertinggi yang kini disebut dengan Level I.
Liga I akan diikuti oleh 32 klub dan dibagi dalam dua wilayah. Selain berasal dari klub-klub ISL, beberapa penghuni Level I juga berasal dari tim-tim yang sebelumnya berlaga di Divisi Utama namun sudah memiliki badan hukum.
Di kasta kedua, PSSI akan menggelar level II yang diikuti 48 klub dan dibagi dalam 4 grup dengan masing-masing 12 peserta. Karena baru memiliki 34 peserta, PSSI pun membuka lowongan bagi klub-klub asal Divisi Satu.
Ini bukan kali pertama sepak bola Indonesia melakukan perubahan terhadap format kompetisinya. Berikut ini adalah sejarah kompetisi sepak bola di Indonesia.
1931-1994 PerserikatanPada tahun 1931, PSSI membentuk kompetisi sepak bola amatir yang dikenal dengan sebutan Perserikatan. Kompetisi ini melibatkan ratusan klub di Indonesia yang dikelola Pemerintah Daerah dan dibagi menjadi beberapa tingkatan. Juara pertama Perserikatan merupakan VIJ Jakarta yang merupakan cikal bakal Persija Jakarta. Kompetisi ini bertahan hingga musim 1993-94 yang dijuarai Persib Bandung.
1979-1994 GalatamaLiga Sepak Bola Utama (Galatama) merupakan kompetisi semi profesional pertama yang bergulir di Indonesia. Galatama pertama kali diperkenalkan pada musim 1978-79.
Galatama bermain dalam divisi tunggal (kecuali pada musim 1983 dan 1990 terdiri dari 2 divisi). Galatama merupakan pioner kompetisi semi-professional dan professional di Asia selain Liga Hong Kong.
Klub-klub yang berada di kompetisi ini berdiri sendiri dan tidak mengandalkan pendapatan daerah. Meski demikian, minimnya animo penonton membuat Galatama sulit berkembang. Pamor kompetisi ini kalah dengan liga perserikatan yang mengusung fanatisme kedaerahaan.
Juara pertama kompetisi ini adalah Warna Agung. Kompetisi ini berakhir pada musim 1993-94 seiring dibentuknya Liga Indonesia yang merupakan penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama.
1994-2007 Liga IndonesiaPada tahun 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, memadukan fanatisme yang ada di perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama. Dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. Kompetisi ini terdiri dari empat tingkatan yakni Divisi Utama, Divisi I, II, dan III. Tim pertama yang menjuara kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia adalah Persib Bandung. Liga Indonesia beberapa kali mengalami pergantian format dan jumlah peserta.
Berikut format Liga Indonesia sejak musim 1994-95Musim 1994-95: 34 tim, dua wilayah, Barat dan Timur
Musim 1995-96: 31 tim, dua wilayah, Barat dan Timur
Musim 1996-97: 33 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, Timur
Musim 1997-98: 31 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Kompetisi dihentikan karena situasi politik dan ekonomi di Indonesia tidak memungkinkan melanjutkan kompetisi
Musim 1998-99: 28 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Masing-masing wilayah dibagi menjadi 2 grup
Musim 1999-00: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2001: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2002: 24 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2003: 20 tim, satu wilayah
Musim 2004: 18 tim, satu wilayah
Musim 2005: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2006: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2007-08: 36 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur. Kompetisi berjalan tidak sesuai waktu yang direncanakan. Dimulai pada 10 Februari 2007 dan berakhir 10 Februari 2008.
2008-2011 Indonesia Super League (ISL)Pada tahun 2008, PSSI menyelenggarakan Indonesia Super League (ISL) sebagai liga sepak bola profesional pertama di Indonesia, menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi kasta tertinggi. PSSI melakukan seleksi ketat bagi tim-tim yang akan berpartisipasi di ISL, meliputi standar stadion, aspek finansial, dan profesionalitas.
Kompetisi ISL sukses diselenggarakan selama 3 tiga musim, yakni musim 2008-09, 2009-10, dan 2010-11, dan rutin diikuti 18 klub dalam satu wilayah. Masalah terjadi pada musim 2008-09 saat muncul Liga Primer Indonesia (LPI) dan tiga tim (Persema Malang, Persibo, Bojonegoro, PSM Makassar) memutuskan membelot di tengah jalan. Namun kompetisi tetap berjalan dan diikuti 15 klub. Persipura menjadi tim yang paling banyak meraih gelar pada kompetisi ini. Mutiara Hitam setidaknya dua kali mengangkat torfi juara, yakni 2008/09 dan 2010/11. Sedangkan Arema FC merebut gelar juara 2009/10.
2011 Liga Primer Indonesia (LPI)Pada 8 Januari 2011 LPI diselenggarakan oleh Konsorsium PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia (ISL) yang diselenggarakan oleh PSSI.
Kompetisi ini diikuti oleh 19 klub yang tidak tergantung pada dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) namun mengandalkan dana bantuan dari konsorsium.
FIFA sempat menganggap LPI sebagai breakaway league. Namun Seiring dengan kisruh di tubuh PSSI dan dibentuknya Komite Normalisasi (KN) PSSI oleh FIFA, KN kemudian memutuskan untuk mengakui secara resmi LPI sebagai liga yg berjalan di bawah pengawasan PSSI.
LPI hanya menyelesaikan putaran pertama saja. Selanjutnya, klub-klub LPI mencoba masuk ke kompetisi resmi PSSI melalui jalur merger dengan klub-klub yang selama ini telah menjadi anggota resmi PSSI.
2011 Liga ProKomite Kompetisi PSSI telah memutuskan untuk membagi liga profesional musim depan menjadi dua level. Level I dihuni oleh 32 tim yang akan dibagi dalam dua wilayah, sedangkan level II dihuni 48 tim yang dibagi 4 grup.
Menurut Ketua Komite Kompetisi, Sihar Sitorus, tim-tim yang akan bertanding di level I terdiri atas 18 klub warisan Liga Super Indonesia (ISL) plus 14 klub yang memiliki badan hukum berupa perseoran terbatas (PT).
• VIVAnews
Hasil kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) dan Divisi Utama musim lalu tidak diakui oleh PSSI. Tim-tim yang seharusnya degradasi dari ISL kini mendapat peluang untuk tampil di kasta tertinggi yang kini disebut dengan Level I.
Liga I akan diikuti oleh 32 klub dan dibagi dalam dua wilayah. Selain berasal dari klub-klub ISL, beberapa penghuni Level I juga berasal dari tim-tim yang sebelumnya berlaga di Divisi Utama namun sudah memiliki badan hukum.
Di kasta kedua, PSSI akan menggelar level II yang diikuti 48 klub dan dibagi dalam 4 grup dengan masing-masing 12 peserta. Karena baru memiliki 34 peserta, PSSI pun membuka lowongan bagi klub-klub asal Divisi Satu.
Ini bukan kali pertama sepak bola Indonesia melakukan perubahan terhadap format kompetisinya. Berikut ini adalah sejarah kompetisi sepak bola di Indonesia.
1931-1994 PerserikatanPada tahun 1931, PSSI membentuk kompetisi sepak bola amatir yang dikenal dengan sebutan Perserikatan. Kompetisi ini melibatkan ratusan klub di Indonesia yang dikelola Pemerintah Daerah dan dibagi menjadi beberapa tingkatan. Juara pertama Perserikatan merupakan VIJ Jakarta yang merupakan cikal bakal Persija Jakarta. Kompetisi ini bertahan hingga musim 1993-94 yang dijuarai Persib Bandung.
1979-1994 GalatamaLiga Sepak Bola Utama (Galatama) merupakan kompetisi semi profesional pertama yang bergulir di Indonesia. Galatama pertama kali diperkenalkan pada musim 1978-79.
Galatama bermain dalam divisi tunggal (kecuali pada musim 1983 dan 1990 terdiri dari 2 divisi). Galatama merupakan pioner kompetisi semi-professional dan professional di Asia selain Liga Hong Kong.
Klub-klub yang berada di kompetisi ini berdiri sendiri dan tidak mengandalkan pendapatan daerah. Meski demikian, minimnya animo penonton membuat Galatama sulit berkembang. Pamor kompetisi ini kalah dengan liga perserikatan yang mengusung fanatisme kedaerahaan.
Juara pertama kompetisi ini adalah Warna Agung. Kompetisi ini berakhir pada musim 1993-94 seiring dibentuknya Liga Indonesia yang merupakan penggabungan kompetisi Perserikatan dan Galatama.
1994-2007 Liga IndonesiaPada tahun 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, memadukan fanatisme yang ada di perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama. Dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. Kompetisi ini terdiri dari empat tingkatan yakni Divisi Utama, Divisi I, II, dan III. Tim pertama yang menjuara kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia adalah Persib Bandung. Liga Indonesia beberapa kali mengalami pergantian format dan jumlah peserta.
Berikut format Liga Indonesia sejak musim 1994-95Musim 1994-95: 34 tim, dua wilayah, Barat dan Timur
Musim 1995-96: 31 tim, dua wilayah, Barat dan Timur
Musim 1996-97: 33 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, Timur
Musim 1997-98: 31 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Kompetisi dihentikan karena situasi politik dan ekonomi di Indonesia tidak memungkinkan melanjutkan kompetisi
Musim 1998-99: 28 tim, tiga wilayah, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Masing-masing wilayah dibagi menjadi 2 grup
Musim 1999-00: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2001: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2002: 24 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2003: 20 tim, satu wilayah
Musim 2004: 18 tim, satu wilayah
Musim 2005: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2006: 28 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur
Musim 2007-08: 36 tim, dua wilayah, yakni Barat dan Timur. Kompetisi berjalan tidak sesuai waktu yang direncanakan. Dimulai pada 10 Februari 2007 dan berakhir 10 Februari 2008.
2008-2011 Indonesia Super League (ISL)Pada tahun 2008, PSSI menyelenggarakan Indonesia Super League (ISL) sebagai liga sepak bola profesional pertama di Indonesia, menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi kasta tertinggi. PSSI melakukan seleksi ketat bagi tim-tim yang akan berpartisipasi di ISL, meliputi standar stadion, aspek finansial, dan profesionalitas.
Kompetisi ISL sukses diselenggarakan selama 3 tiga musim, yakni musim 2008-09, 2009-10, dan 2010-11, dan rutin diikuti 18 klub dalam satu wilayah. Masalah terjadi pada musim 2008-09 saat muncul Liga Primer Indonesia (LPI) dan tiga tim (Persema Malang, Persibo, Bojonegoro, PSM Makassar) memutuskan membelot di tengah jalan. Namun kompetisi tetap berjalan dan diikuti 15 klub. Persipura menjadi tim yang paling banyak meraih gelar pada kompetisi ini. Mutiara Hitam setidaknya dua kali mengangkat torfi juara, yakni 2008/09 dan 2010/11. Sedangkan Arema FC merebut gelar juara 2009/10.
2011 Liga Primer Indonesia (LPI)Pada 8 Januari 2011 LPI diselenggarakan oleh Konsorsium PT Liga Primer Indonesia yang dimotori oleh pengusaha Arifin Panigoro. LPI tidak berafiliasi dengan PSSI, sehingga menjadi ajang tandingan terhadap Liga Super Indonesia (ISL) yang diselenggarakan oleh PSSI.
Kompetisi ini diikuti oleh 19 klub yang tidak tergantung pada dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) namun mengandalkan dana bantuan dari konsorsium.
FIFA sempat menganggap LPI sebagai breakaway league. Namun Seiring dengan kisruh di tubuh PSSI dan dibentuknya Komite Normalisasi (KN) PSSI oleh FIFA, KN kemudian memutuskan untuk mengakui secara resmi LPI sebagai liga yg berjalan di bawah pengawasan PSSI.
LPI hanya menyelesaikan putaran pertama saja. Selanjutnya, klub-klub LPI mencoba masuk ke kompetisi resmi PSSI melalui jalur merger dengan klub-klub yang selama ini telah menjadi anggota resmi PSSI.
2011 Liga ProKomite Kompetisi PSSI telah memutuskan untuk membagi liga profesional musim depan menjadi dua level. Level I dihuni oleh 32 tim yang akan dibagi dalam dua wilayah, sedangkan level II dihuni 48 tim yang dibagi 4 grup.
Menurut Ketua Komite Kompetisi, Sihar Sitorus, tim-tim yang akan bertanding di level I terdiri atas 18 klub warisan Liga Super Indonesia (ISL) plus 14 klub yang memiliki badan hukum berupa perseoran terbatas (PT).
• VIVAnews
Foto Lembah Anai Tempo Dulu
Suatu ketika saya sedang menikmati alunan lagu minang, entah kenapa telinga ini sedang rindu dengan nada-nada yang memang saya akrab sejak kecil, terutama tarikan suara Elly Kasim. Salah satu lagu favorit saya adalah Malereang Tabiang.
Malereang lah tabiang malereang, mak oi
Malereang sampai nan ka pandakian
Den sangko langik nan lah teleang, mak oi
Kironyo awan nan manggajuju
Lagu tersebut bercerita tentang perjalanan menelusuri lereng-lereng tebing yang banyak dijumpai di Ranah Minang yang memang banyak daerah perbukitannya.
Sore harinya Otty Widasari memberitahu bahwa suaminya (Hafiz) ‘menemukan’ foto-foto Minang tempo dulu di situs jejaring sosial Facebook. Orang yang memiliki foto tersebut bernama Ronal Chandra. Kami pun dari akumassa minta izin kepada beliau untuk memuat foto-foto tersebut di www.akumassa.org dan permintaan izin tersebut disambutnya dengan baik.
Saya cukup terkesima ketika melihat foto-foto perkeretaapian di Sumatera Barat, terutama jalur Padang-Bukittinggi yang melewati Lembah Anai. Saya begitu menikmati keindahan panoramanya ketika terakhir kali melewati kawasan tersebut pada workshop akumassa Padangpanjang tahun lalu. Dengan menyaksikan air mancur yang besar, kita juga dapat melihat kera hutan yang jinak sepanjang Lembah Anai. Udaranya disana sangat sejuk, tak terbayang betapa lebih indahnya pemandangan hutan lindung beserta jalur kereta tersebut di awal peresmiannya di akhir tahun 1800-an dahulu.
Kebetulan, 21 Februari 2009 lalu, ketika workshop akumassa Padangpanjang saya berkesempatan untuk menghadiri peresmian kembali kereta Mak Uniang sebagai kereta wisata. Menariknya, jalur Mak Uniang ini juga melewati lubang kalam (terowongan) dan jembatan Lembah Anai yang dibangun Belanda untuk menembus perbukitan.
Topografi Lembah Anai menyebabkan kawasan ini sering terjadi longsor. Terlebih kawasan ini juga termasuk daerah rawan gempa seperti Sumatera pada umumnya. Orang-orang tua dahulu tidak akan lupa kenangan pahit pada 28 Juni 1926, di mana gempa sebesar 7,8 SR pernah melanda Padangpanjang dan sekitarnya. Menurut Riosadja, kawan saya asal Bukittinggi yang baru beberapa bulan merantau di Jakarta mengatakan bahwa saat itu sudah ada cerita turun-temurun yang beredar di masyarakat tentang dashyatnya gempa tersebut. Digambarkan setelah terjadi gempa, seluruh telur ayam menjadi tamalangan (tidak bisa menetas dan membusuk dalam cangkangnya).
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 16 April 2010 kawasan Lembah Anai dihantam longsor besar. Longsor tersebut menyebabkan jembatan di dekat Lembah Anai rusak berat sehingga jalur Padang-Bukittinggi terputus total. Menurut kawan saya yang tinggal di Padangpanjang, sebelumnya curah hujan memang cukup tinggi dan turun tanpa henti. Hal ini mengakibatkan volume air membesar dan meluluh lantakan jalanan yang mengitari bibir sungai di Lembah Anai ini.
Lembah Anai merupakan jalur utama yang menghubungkan kota kawasan ‘atas’ (darek) seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Batusangkar, Padangpanjang dan Solok dengan kota di kawasan ‘bawah’ (pasisia) seperti Pariaman, Lubukbasung, Padang dan Painan. Jalur ini juga merupakan jalur awal perekonomian di Sumatera Barat untuk mengangkut hasil pertanian dari kawasan ‘atas’ ke ‘bawah’ dan hasil laut dari kawasan ‘bawah’ ke ’atas’. Akan pentingnya jalur ini, maka Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api sebagai sarana transportasi. Setelah didirikannya PT Semen Padang pada tahun 1910, kereta api juga digunakan untuk mengangkut batubara dari Ombilin ke Padang. Ada juga dua jalur besar lainnya yang menghubungkan ‘atas’ ke ‘bawah’ seperti Sitinjau Laut dari arah Solok dan Kelok 44 dari arah Bukittinggi, tapi dengan jarak dan waktu tempuh yang berbeda.
Foto-foto Lembah Anai tersebut kembali mengingatkan Riosadja akan jalur yang selalu dilaluinya bolak-balik Bukittinggi dan Padang saat kuliah di UNP (Universitas Negeri Padang). Jalur yang akrab dengan pengamen dan penjaja paragede jaguang (perkedel jagung) yang sigap melompat saat bus melambat di tikungan tajam dan jalanan menanjak. Jalur yang sejuk berkabut tempat beristirahat saat perjalanan; tempat berderet-deret rumah makan menyajikan masakan khasnya. Dan saya pun hanya bisa berkata “Den takana jo kampuang”.
Pengurus Serikat Pekerja Semen Padang (SPSP) Gelar Raker Perdana
Kepengurusan Serikat Pekerja Semen Padang (SPSP) periode 2011–2014, Kamis (11/8) melaksanakan rapat kerja (raker) pertamanya di Gedung Serba Guna Semen Padang.
Pada raker yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum SPSP, Harmen A. Nashar tersebut mempresentasikan serta mendiskusikan program dari masing–masing bidang.
"Meskipun raker diadakan pada saat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, namun para peserta raker dengan antusias mengikuti pelaksanakan raker dengan motto “Perusahaan Maju, Karyawan Sejahtera”, ucap Ketua Umum SPSP, Harmen A. Nashar setelah selesainya acara tersebut.
Dalam sambutannya Harmen menegaskan, bahwa seluruh anggota SPSP harus meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Seluruh anggota SPSP harus mampu bekerja sebagai sebuah tim kerja yang solid. Sehingga tidak menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu.
Selain itu katanya, setiap anggota SPSP di unit kerja diharapkan menerapkan prinsip “My Area” untuk meningkatkan keamanan peralatan dan kenyamanan dalam bekerja.
“Pengurus juga harus menemukan cara bagaimana untuk meningkatkan rasa kebanggaan karyawan dan membangun spirit karyawan sebagai anggota SPSP," tambah Harmen pria yang murah senyum ini.
Pada kesempatan ini, Ketua Umum SPSP juga mengucapkan selamat atas terpilihnya Tim Bipartait SPSP, sebagai yang terbaik di Sumatera Barat dan akan menerima penghargaan di Jakarta pada tanggal 15–17 Agustus 2011 ini.[]
source:padangekspres.co.id
Sejarah Pengembangan Islam di Kubuang Tigobaleh oleh Syekh Imam Marajo
Beberapa waktu lalu Padang Ekspres mempersembahkan rubrik religi sejarah pengembangan Islam di Solok pada ke 16-17 M oleh Syekh Angku Balinduang asal Nagari Talang, Kabupaten Solok, dimasa kejayaannya beliau juga dikenal sebagai salah-satu orang keramat yang memiliki banyak keistimewaan. Selain mengembangkan Islam, beliau mampu menghalau bala dengan berlari dan berkuda diatas padi, memiliki suara merdu saat mengumandangkan adzan. Sejarah ini hingga sekarang melegenda secara turun-temurun ditengah-tengah masyarakat Talang, makam Angku Balinduang dianggap sebagai Tampat (makam) keramat.
Kali ini kami mencoba mengajak anda mengintip sejarah religi di Nagari Gauang, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. tentang pengembaraan seorang mursyid Syekh Imam Marajo dalam mengembangkan Islam di luhak termuda Kubuang Tigobaleh (Solok Salayo, Guguak si Jawi-jawi, Gaung dan Panyakalan, Cupak dan Gantung Ciri, Sirukam, Supayang, Kinari, Muaro Paneh dan Sariek Alahan Tigo), Talang Talago Dadok, Sirukam Saok Laweh dan daerah lainnya. Pengembaraan yang cukup berliku, penuh tantangan dan hambatan. Untuk mengembangkan Islam, Syekh Imam Marajo di setiap sudut perkampungan di Solok bangun Surau sebagai sarana ibadah, ia bisa terbang ke Aceh dan Mekkah dengan menggunakan tikar sholat. Memiliki banyak murid yang tersebar hingga ke berbagai pelosok, menganut tarekat Satariyah.
Tokoh Ulama Nagari Gauang, Aditiawarman Dt. Kayo, mengatakan, riwayat Imam Marajo dulu pernah disepakati dalam sebuah pertemuan Ulama Sumatra Barat sekitar 42 tahun silam, lahir di Gauang Batu Tagak tahun 1490 dengan nama Marah Husin Bin Abdul Musahar. Selama belasan tahun merantau ke Pariaman, dan bersama Syekh Burhanuddin belajar agama ke Abdul Rauf di Aceh dan ke Mekkah.
Imam Marajo kembali ke Gauang sekitar tahun 1531, kebetulan saat beliau datang warga di daerahnya masih menganut animisme, menyembah roh-roh halus, mempercayai tempat-tempat sakti sebagai pemberi kekuatan. Kemana pergi selalu mengenakan jubah putih dan sorban, kopiah berwarna merah, dan membawa sebuah tongkat. Awalnya banyak pertentangan muncul dari berbagai kalangan, terutama kaum adat yang menganggap aliran Imam Marajo dapat merusak tradisi para leluhur. Namun berkat sabar menghadapi segala hambatan dan rintangan, sembari perlahan-lahan memberikan pemahaman bahwa Islam itu agama yang sempurna, Imam Marajo akhirnya menjadi guru.
System pergerakan yang dilakukannya tak jauh berbeda dengan guru besar Syekh Burhanuddin, sehingga setelah berhasil menyebarkan Islam di Gauang, beliau pun mendirikan sebuah Surau, selanjutnya dijadikan Masjid Gauang. Menurut riwayat, tonggak ambacu (tiang utama) Masjid Gauang dahulunya hanya didirikan seorang diri oleh Imam Marajo dengan menggunakan sehelai akar kayu dari hutan, setelah tiga masyarakat nagari (Gauang, Panyakalan, Saok Laweh) menyatakan angkat tangan untuk melakukannya. Sampai sekarang tonggak tuo tersebut masih terlihat berdiri kokoh menyangga bangunan Masjid Gauang, dan menjadi saksi bisu atas sejarah Imam Marajo.
Menurut Aditiawarman Datuk Kayo, Imam Marajo memiliki tongkat yang pada sewaktu-waktu bila dihempaskan ke tanah dapat mengeluarkan air, hal ini dibuktikan dengan sumber mata air di sebuah kolam dekat Masjid Raya konon dahulunya terpancar dari tancapan tongkat beliau. Kala itu masyarakat kesulitan mencari air untuk berwuduk, lantas Imam Marajo menancapkan tongkatnya ke tanah, karena izin Allah SWT semuanya tak ada yang mustahil.
“Konon Imam Marajo pernah memelihara ikan laut jenis bada maco di kolamnya, sehingga masyarakat pun takjub. Pada sewaktu-waktu bada maco itu akan bisa saja kembali muncul di kolam beliau, dan fenomena itu dapat dilihat oleh siapa saja. Semua kesaktian dibuktikan Imam Marajo tak lain demi meningkatkan keimanan umat pada Allah SWT, sesungguhnya bagi Allah SWT tak ada yang mustahil. Bukan untuk membanggakan diri bagi beliau,†Ujar Aditiawarman.
Imam Marajo juga disebut-disebut bisa terbang ke Mekah dengan sajadah, serta pernah berkelahi dengan harimau. Harimau itu kemudian dipukul dengan tongkat dan akhirnya menjadi manusia. Manusia jelmaan harimau itu kemudian diislamkan, dan menjadi murid beliau. Imam Marajo juga diyakini memiliki kekuatan lebih, sehingga mampu mengangkut kayu dalam jumlah besar dari hutan untuk material pembangun masjid di berbagai daerah. Sebagaimana Masjid Lubuk Sikarah Kota Solok sekarang, menurut sejarah proses pembangunannya tak terlepas berkat bantuan Imam Marajo.
Setelah mengembangkan Islam di Nagari Gauang dan sejumlah nagari tetangga lainnya, beliau juga akhirnya berhasil mengislamkan Kubung Tigo Baleh sekitar tahun 1545. Jumlah pengikutnya mencapai ribuan orang, diantaranya juga ada dari luar Solok seperti Sijunjung, Jambi, dan Riau. Pusat pengembangan Islam waktu itu bertempat di Nagari Gauang, berbagai kegiatan keagamaan pun kian semarak hampir diseluruh penjuru. Seluruh surau dan Masjid aktif, di bulan-bulan besar islam dilaksanakan rutual keagamaan, sebagaimana di Minangkabau berfalsafah ‘adat basandi syara, syara basandi kitabllah’.
Khususnya Di hari maulid nabi Muhammad SAW, masyarakat menggelar tardisi mauluik dengan kitab barazanzi sembari diiringi rebana, rayo tampek (berziarah kubur) selama sepekan penuh pasca Hari Raya Idul Fitri yang diikuti seluruh warga, tolak bala dimalam hari dengan mengibarkan alam-alam (bendera putih bertuliskan tulisan arab), baratik dan berzikir, perkauran massal menjelang turun ke sawah, serta berbagai ritual lainnya.
Imam Marajo memiliki sejumlah murid terkenal antara lain, Syeh Muchsin, Pakiah Majo Lelo. Syech Kukut dan lain sebagainya. Imam Marajo meninggal dunia dalam usia 200 tahun dan dimakamkan di Balai Tangah, Jorong Bansa, Nagari Gauang, Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Komplek pemakaman dipugar dengan bagonjong, persinya dibagian pusara dipasangkan kelambu dari kain putih sebagai simbol kesucian. Tiap-tiap setahun sekali, makam Syekh Imam Marajo dijadikan tempat Bersafa kecil sebelum bersafa besar ke Makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Pariaman. Kegiatan Bersafa disemarakkan juga dengan selawat dulang, nyanyian arab diiringi musik rebana. Begitupun tempat berkaul bagi anak-cucu sekarang atas berbagai permohonan pada Allah SWT.
Walinagari Gauang, Adinar Pakiah Marajo menyebutkan, kemampuan Imam Marajo memang sulit diterima dengan logika, namun, riwayat itu dahulu sudah disepakati bersama para ulama. Basafa dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan atas jasa Imam Marajo dalam mengembangkan agama Islam di Kabupaten Solok, sementara berkaul dijadikan tradisi sejak dahulunya. Tak heran bila agama sampai sekarang cukup kental di Gauang, begitupun adat dan istiadatnya, sebab di bumi Gauang tersimpan sejarah religi yang tak ternilai.
Semen Padang Lepas Pemain Korsel
VIVAnews - Semen Padang mulai merampingkan skuadnya dari pemain asing. Mereka melepas Park Chul-Hyung yang merupakan salah satu dari lima pemain asing yang telah menyepakati perpanjangan kontrak.
Park adalah salah satu dari dua pemain Korea Selatan yang musim lalu membela Semen Padang. Satu pemain lagi adalah Yu Hyun-koo.
“Bagaimana lagi, kami terpaksa melakukan ini, karena hanya satu pemain Asia yang dibolehkan bermain di satu klub ISL (Indonesia Super League),” kata Direktur PT Kabau Sirah Semen Padang (KSSP) pada VIVAnews.com, Rabu, 10 Agustus 2011.
“Saat ini kami belum mendapat kepastian dari Yu, kami sudah menghubungi agennya, tapi belum ada kepastian. Padahal sebelumnya telah ada kesepakatan memperpanjang kontrak,” tambah Erizal.
Terkait pengganti Park yang sudah dipastikan tidak akan memperkuat SP musim depan, pihak manajemen telah mendatangkan pemain belakang, Abdul Rahman asal Pelita Jaya. Pemain 23 tahun ini akan menggantikan posisi Park mengamankan daerah pertahanan SP pada musim depan.
Sebelumnya, SP melepas lima pemain yang memperkuat tim pada musim kemarin. Pemain yang tidak diperpanjang kontraknya ini yakni Saktiawan Sinaga, Heru Nerli, Anda Ermawan, Budi Kurnia dan Gusripen.
Pasar Pabukoan, Wisata Kuliner Jelang Berbuka
Suasana salah satu pasar pabukoan di
Pesisir Selatan. (foto: feb)
Puasa membawa berkah, merupakan hal yang tak terbantahkan. Bukan saja dari segi limpahan pahala dari amalan-amalan yang dikerjakan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari terasa berkah itu tak bisa dipungkiri.
Lihat saja semisal pedagang makanan dan minuman di Pasar Pabukoan yang bermunculan di pinggir-pinggir jalan, di pasar-pasar dan di lokasi keramaian. Puasa membuat pedagang makanan dan minuman semakin kreatif memanfaatkan warga yang ingin mencicipi beragam kuliner tanpa harus capek membuatnya.
Bagi warga masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan, menjual makanan dan minuman pada bulan puasa sudah semakin berkembang sejak beberapa tahun belakangan. Utamanya sejak kebijakan pemerintah memberlakukan pegawai harus masuk kantor dalam bulan puasa, pasar kuliner semakin bermunculan terutama di kawasan yang penduduknya mayoritas pegawai negeri.
Seperti di Kota Painan, setiap bulan puasa, pedagang mulai melokasikan diri di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh kelompok pemuda nagari setempat untuk menggelar beragam macam masakan dan makanan ringan serta minuman ringan. Tak kurang dari Bekas terminal oplet, Pasar Inpres Painan, lapangan tenis depan RSUD M. Zein dan sepanjang jalan M. Hatta, banyak berjubel pedagang makanan.
Mereka tidak saja berjualan penganan ringan atau cemilan, tetapi tak sedikit yang menjual masakan jadi untuk lauk pauk yang khas dan menggugah selera. Biasanya lauk pauk yang dijual memiliki kekhasan tersendiri. Diantaranya ada Ayam Panggang, Ikan bakar, Goreng Ikan dengan cabe hijau, Lalap-lalapan, Gulai kepala Ikan sampai kepada "Samba lado bada kariang".
Dari kekhasannya, membuat warga yang kebetulan lewat atau memang sengaja datang untuk sekedar cuci mata pada sore hari menjelang waktu berbuka menjadi tergiur dan tanpa sengaja merogoh kocek membeli sesuatu untuk dibungkus dan dibawa pulang.
Yuni, salah seorang pegawai kantor bupati Pesisir Selatan bahkan jarang memasak pada bulan puasa. Setiap sore sepulang kantor, ia mengaku selalu mampir ke Pasar Pabukoan untuk membeli sesuatu untuk santap berbuka bersama suaminya. Maklum, pegawai yang baru beberapa bulan menikah ini hanya tinggal berdua dengan sang suami yang juga pegawai negeri sehingga urusan memasak menu puasa tidak menjadi beban baginya.
"Paling kalau ada menu masakan baru atau yang sengaja dipesan suami saja baru memasak sendiri di rumah. Kalau tidak untuk santap berbuka puasa cukup datang ke Pasar Pabukoan," kata Yuni, Selasa (2/8).
Pengunjung pasar pabukoan tidak melulu kaum ibu. Kaum bapak tak ketinggalan juga ikut berkeliling ke pasar-pasar pabukoan untuk "melihat-lihat" makanan yang bisa menggugah selera.
"Biasanya suka iseng melihat penganan ringan yang dijual jadi ikut membeli untuk cemilan di rumah," kata Irzal, seorang bapak yang kebetulan berada di Pasar Pabukoan terminal Oplet, Painan. Irzal mengaku membeli penganan dan beberapa macam makanan ringan sekedar untuk menambah ragam kuliner santap berbuka.
Etek Ros, salah seorang pedagang masakan mengaku mendapat hasil cukup lumayan dari usahanya berjualan selama bulan puasa. Dengan menjual berbagai masakan lauk pauk ia mengaku bisa mengantongi keuntungan hingga Rp150 ribu sehari.
"Tapi itu kalau cuaca sedang baik dan dagangan yang dibikin bisa terjual habis," katanya.
Perempuan setengah baya ini mengaku sudah berjualan setiap bulan puasa sejak lima tahun lalu. Pengalaman pahitnya berjualan masakan adalah ketika tiba - tiba cuaca tidak bersahabat dann turun hujan menjelang sore hari sehingga jarang warga yang keluar untuk membeli masakan.
"Kalau sudah begitu jualan banyak tersisa dan tentu saja mengalami kerugian," tuturnya.
Namun demikian, Etek Ros mengaku tidak langsung kapok berjualan. Baginya resiko berjualan masakan siap saji, harus siap dagangan tidak laris dan siap rugi.
Lain lagi cerita Idar, pedagang makanan ringan di lapangan tenis depan RSUD M. Zein Painan. Perempuan ini menjual beberapa jenis makanan cemilan seperti Onde Onde, Lepat, Lopis, Serabi, Pindukuik dan beberapa jenis penganan lainnya. Kebanyakan calon pembeli selalu memborong dalam jumlah cukup banyak, bahkan tak jarang yang memesan untuk keperluan berbuka bersama.
"Karena banyak permintaan, kadang kue-kue yang dipesan tidak dibikin sendiri tetapi juga memesan kepada pedagang lain," kata Idar.
Namun untuk dijual di pasar pabukoan menurut Idar adalah hasil buatan sendiri, karena ia dibantu oleh dua orang anaknya.
Berjualan masakan siap saji dan penganan cemilan selama bulan puasa, meskipun diakui bisa mendatangkan hasil yang lumayan, pedagang mengaku tidak selamanya selalu habis terjual. Adakalanya karena berbagai faktor, seperti hujan tiba-tiba dagangan tidak banyak yang terjual. Kalau sudah begitu, pedagang terpaksa mengurut dada. Kue-kue atau masakan yang tidak terjual terpaksa dikonsumsi sendiri dan kadang dibagikan kepada tetangga.
Namun demikian, bukan saja pedagang yang berharap pasar kuliner bisa dipertahankan, masayarakat pun berkeinginan pasar pabukoan ini tetap ada setiap bulan puasa. Banyak manfaat bagi masyarakat terutama yang super sibuk dengan pekerjaan atau yang jumlah anggota keluarga sedikit, pasar kuliner menjadi pilihan daripada harus disibukkan dengan memasak untuk santap berbuka.
Selain bisa menghemat karena bisa membeli sesuai kebutuhan, diakui juga oleh sebagian masyarakat, berpuasa kadang membuat malas untuk beraktifitas dan pasar pabukoan menjadi pilihan. Pedagang Pabukoan dengan segala suka duka, sangat dibutuhkan masyarakat dalam bulan puasa. Semoga puasa kali ini para pedagang memperoleh keuntungan yang layak sehingga bisa berbahagia di hari raya (padangmedia)
Kemenkominfo Segera Hentikan Unduh Ilegal Konten Musik
Jakarta (ANTARA News) – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) segera menghentikan download (unduh) ilegal konten musik digital di dunia maya yang potensi kerugiannya mencapai Rp12 triliun per tahun.
“Hal ini dilatarbelakangi adanya concern dari sejumlah pelaku industri musik mengenai maraknya download konten ilegal untuk musik digital di internet,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo, Gatot S. Dewa Broto, di Jakarta, Rabu.
Pihaknya memperkirakan potensi kerugian dari download ilegal itu mencapai Rp12 triliun pertahun dengan penjualan musik digital dari internet tanpa persetujuan dari pemegang hak cipta.
Kondisi itu, kata Gatot, berpotensi mendestruksi industri fisik rekanan (industri kaset, CD, dan DVD legal) secara bertahap.
“Pelaku industri musik juga berharap agar kami memfasilitasi perlindungan karya atau hak cipta dalam dunia maya,” katanya.
Ia menegaskan upaya itu dilakukan karena ada beberapa dasar hukum yang dapat digunakan untuk melindungi hak cipta di dunia maya tersebut.
Dasar hukum yang digunakan di antaranya UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik khususnya Pasal 25 yang menyebutkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di samping itu juga pada pasal 32 ayat 2 dan pasal 48 ayat 2 di UU yang sama.
“Ancamannya pada pasal 48 ayat 2, pidana penjara paling lama sembilan tahun dan/atau denda paling banyak Rp3 miliar,” katanya.
Gatot menambahkan, masalah perlindungan hak cipta sendiri diatur dalam UU nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
“Mengingat masalah download konten ilegal ini cukup sensitif, maka kami meminta kalangan industri musik untuk harus membuat grup penilai yang menetapkan atau membuat kepastian terhadap konten ilegal yang perlu diblok,” katanya.
Dengan demikian, secara teknis Tim Trust Positif yang selama ini bersama para penyelenggara Internet Service Provider melakukan pemblokiran terhadap konten pornografi berdasarkan alamat web dalam melakukan pemblokiran konten musik ilegal tanpa terkendala.
Menurut dia, nilai sensitivitas lainnya adalah kegiatan itu sama sekali tidak untuk memupuk kreativitas masyarakat dalam memperoleh karya seni karena fakta menunjukkan hal itu sudah cukup menggejala di kalangan masyarakat.
“Hanya saja yang diperlukan adalah kesadaran bersama untuk mematuhi ketentuan yang ada,” katanya.
Oleh karena itu, Gatot menambahkan, perlu ada sosialisasi mulai 27 Juli 2011 dengan tujuan untuk mengkondisikan pada masyarakat mengenai rencana pemblokiran tersebut.
“Bahkan dimungkinkan untuk memperoleh masukan, saran, dan kritik bagi tujuan penegakan hukum yang tetap mempertimbangkan berbagai aspek dan kreativitas masyarakat,” demikian Gatot S. Dewa Broto.
(*)
Kelezatan Sate Padang Mak Syukur
Kami sudah dapat info dari teman Pak Alam, katanya ada sate padang yang harus doyanmakan.com cobain, namanya sate Padang Mak Syukur. Nah karena kita belum berwisata kuliner ke daerah Padang maka kita cobain yang di Jakarta saja dulu ya, soalnya sate padang yang satu ini ada sudah ada 10 cabang di Jakarta. Dan Sate Padang Mak Syukur sebagian besar memilih lokasi di mal.
Kita cobain yang di MOI (Mal of Indonesia) lantai I di Kelapa Gading yuuk, karena MOI itu cukup besar, kami cari lokasi Sate Padang Mak Syukur harus tanya beberapa kali sama satpam mal. Yuuup.... akhirnya ketemu juga, ternyata tempatnya cukup besar dan berada lokasi yang cukup strategis, karena berada di pojok. Nuasa tempatnya didominasi dengan warna Hijau dengan ikon siluet orang yang kami tebak adalah perintis Sate Padang ini. Siapakah dia?
Menurut info yang kami dapat perintis sate ini adalah Bapak Syukur Sutan Rajo Endah yang mula usahanya sekitar tahun 1941. Dan pada tahun 1984, usaha tersebut dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Syafril Syukur. Di kota Padangnya sendiri berlokasi di tepi jalan besar Padang Panjang Sumatera Barat dan selalu ramai sama pelanggan setianya.
Kami langsung pesan 1 porsi sate padang dan 1 porsi soto padang. Untuk Porsi untuk sate padangnya cukup banyak lho, dengan ketupat di potong-potong lalu satenya diberi bumbu khas sate padang yang masih panas, dagingnya besar-besar dan empuk. Mantaaaaaaabs banget...dengan lahap makan sate padangnya, dan sambil juga nyicipin soto padangnya. Ukuran mangkok soto padang yang di gunakan di sini tergolong lebih besar, dibanding dengan penjual soto padang pada umumnya yang lebih kecil. Soto padangnya enak, dagingnya terasa kress...kress kalau digigit, dan empuk. Apalagi ditambah dengan sambelnya, tambah nikmat...(Yudi)
PNS Padang Pariaman Wajib Kuasai Internet
ilustrasi Microsoft (ANTARA News/Lukisatrio)
Pariaman (ANTARA News) - Pegawai negeri sipil Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat wajib menguasai bidang teknologi, informasi, komunikasi (TIK) seperti menggunakan internet untuk melancarkan tugasnya sebagai aparatur negara.
Sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman untuk menerapkan TIK dalam birokrasi pemerintahan, Kepala satuan kerja perangkat daerah diberi pelatihan menggunakan email, kata Kepala Bagian Pusat Data Elektronik (PDE) Padang Pariaman, Rudy R.Rilis di Pariaman, Minggu.
"Bupati sangat fokus agar Kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) bisa menggunakan surat elektronik (e-mail) sebagai alat lalu lintas surat," katanya.
Oleh karena itu, katanya, kepala SKPD harus terlebih dahulu menguasai internet.
Dikatakannya, pelatihan penggunaan e-mail dilaksanakan oleh Tim Pengembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (Petik) bersama Bagian PDE sepeka terakhir.
Pada minggu depan, pelatihan penggunakan e-mail digelar di tingkat kecamatan.
Dalam pelatihan itu, katanya, tidak dibenarkan kepala SKPD membawa staf pendamping agar pelatihan yang dilaksanakan tepat sasaran.
Menurutnya, selama ini surat-menyurat dikirim menggunakan kurir atau petugas caraka.
Sistem konvensional tersebut, katanya, banyak kelemahannya seperti memerlukan biaya dalam pengiriman dan terkadang surat terlambat datang.
Dengan pemberlakukan pengiriman surat melalui e-mail, menurutnya lebih efektif apalagi jaringan internet di Padang Pariaman sudah terpasang hingga ke kecamatan.
Pemasangan jaringan internet sebagai upaya dalam menunjang operasional aplikasi-aplikasi yang telah disiapkan oleh Bagian PDE.
Di antaranya untuk operasional layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Sistem Absensi Kepegawaian, layanan Surat Maya dan lain sebagainya.(*)
(ANT-208/Z002)
Timnas Akan Uji Coba Melawan Malaysia
Jakarta (ANTARA News) - Tim Nasional Indonesia mendapat tawaran uji coba dari Malaysia dan Korea Utara guna mempersiapkan diri menghadapi lanjutan Pra Piala Dunia pada Agustus 2011.Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin, di Jakarta, Rabu, mengatakan, pihaknya sudah mendapat jawaban dari pihak federasi sepakbola Malaysia bahwa negeri jiran itu bersedia melayani uji coba di negaranya."Untuk digelar di sini (di Indonesia, red.) mereka tidak siap. Kemungkinannya tim kita yang ke sana dan rencananya pertandingan uji coba itu digelar pada 14 Agustus," katanya.Ia menjelaskan, semula tawaran uji coba itu diminta oleh PSSI agar dapat digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada 10 Agustus 2011. Namun, katanya, saat yang hampir bersamaan Malaysia sudah memiliki agenda uji coba melawan tim dari Asia, Oman.
Komite Ekskutif PSSI Bidang Koordinator Timnas, Bob Hippy, juga memastikan bahwa Timnas Indonesia akan uji coba melawan Malaysia.Pihaknya juga mendapat tawaran dari Korea Utara untuk laga uji coba melawan Timnas.
"Tadi pagi kami menerima tawaran dari Korea Utara, tetapi kami masih mempertimbangkan soal biaya tampil. Kalau jadi, kami berharap pertandingan bisa digelar sekitar 18 Agustus," katanya.
Sebelumnya, Indonesia telah meminta Australia dan Yordania sebagai lawan uji coba dalam rangkaian persiapan Timnas. Namun kedua negara belum memberikan jawaban.
Ia mengatakan, program uji coba Timnas senior untuk persiapan Piala Dunia 2014 lebih efektif dilakukan di Asia Tenggara mengingat biaya dan waktu yang harus disediakan.
"Sebelumnya ada pula tawaran dari Oman, tapi kami tolak karena kita harus menyediakan setidaknya waktu empat hari," katanya.
Pada lanjutan Pra Piala Dunia 2014, Indonesia berada di Grup E bersama Iran, Qatar, dan Bahrain.
Tim Merah Putih akan lebih dulu tandang ke Iran pada 2 September 2011 dan bertolak ke Teheran pada 29 Agustus 2011. Empat hari setelah itu (6/9) Timnas akan menjamu Bahrain di Jakarta.(*)
Wow,.Rendang Masuk Daftar Makanan Terenak di Dunia
Popularitas yang tercipta jelas tak lepas dari cita rasa rendang itu sendiri. Baru-baru ini, rendang bahkan masuk di urutan ke-11 dari 50 daftar makanan terenak di dunia yang dipublikasikan CNN. Urutan tersebut berdasar poling yang mereka lakukan di situs jejaring sosial.
Rendang menjadi satu-satunya makanan asal Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Mengalahkan kelezatan Kebab Turki, Lasagna Italia, Fajitas Meksiko, atau Pho Vietnam. Namun, rendang dinyatakan kalah enak dibandingkan Penang Assam Laksa Malaysia, Tom Yam Goong Thailand, Peking Duck China, atau Sushi Jepang.
Di Indonesia, rendang tak hanya menjadi favorit saat bersantap di restoran Padang yang menjamur di pelosok negeri. Rendang juga menjadi bekal favorit saat bepergian jauh, seperti ketika naik haji. Ini karena rendang termasuk makanan yang cukup awet atau tahan lama.
Berikut daftar 50 makanan terenak di dunia, seperti dikutip dari laman cnngo.com:
1. Massaman curry, Thailand
2. Neapolitan pizza, Italy
3. Chocolate, Mexico
4. Sushi, Japan
5. Peking duck, China
6. Hamburger, Germany
7. Penang assam laksa, Malaysia
8. Tom yum goong, Thailand
9. Ice cream, United States
10. Chicken muamba, Gabon
11. Rendang, Indonesia
12. Shepherd’s pie, Britain
13. Corn on the cob, global
14. Donuts, United States
15. Kalua pig, United States
16. Egg tart, Hong Kong
17. Lobster, global
18. Kebab, Iran
19. Nam tok moo, Thailand
20. Arepas, Venezuela
21. Croissant, France
22. Brownie and vanilla ice cream, global
23. Lasagna, Italy
24. Champ, Ireland
25. Butter garlic crab, India
26. Fajitas, Mexico
27. Montreal-style smoked meat, Canada
28. Pho, Vietnam
29. Ohmi-gyu beef steak, Japan
30. Goi cuon (summer roll), Vietnam
31. Parma ham, Italy
32. Ankimo, Japan
33. Fish ‘n’ chips, Britain
34. Maple syrup, Canada
35. Chili crab, Singapore
36. Texas barbecue pork, United States
37. Chicken parm, Australia
38. French toast, Hong Kong
39. Ketchup, United States
40. Marzipan, Germany
41. Stinky tofu, Southeast Asia
42. Buttered toast with Marmite, Britain
43. Tacos, Mexico
44. Poutine, Canada
45. Chicken rice, Singapore
46. Som tam, Thailand
47. Seafood paella, Spain
48. Potato chips, United States
49. Masala dosa, India
50. Buttered popcorn, United States
Taukahkamu, Lambang Garuda (Simbol Indonesia) Mengalami Perubahan 3 kali, Berikut Perubahannya
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ia ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
LAMBANG PERTAMA
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
LAMBANG KEDUA
Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.
LAMBANG KETIGA
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
LAMBANG KEEMPAT
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
source
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
LAMBANG PERTAMA
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
LAMBANG KEDUA
Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “’tidak berjambul”’ seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.
LAMBANG KETIGA
Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.
Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
LAMBANG KEEMPAT
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.
source
Langganan:
Postingan (Atom)