Beberapa minggu terakhir, popularitas masakan tradisional khas Minangkabau, rendang menjulang ke seantero dunia. Masakan berbahan utama daging sapi ini, dinyatakan CNN sebagai masakan terlezat di dunia. Bagaimana pemerintah di Sumbar menyikapinya?
BAGI Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, hal tersebut rezeki nomplok bagi Sumbar. Anugerah Tuhan untuk Ranah Minang. Tanpa menganggarkan dana untuk mempromosi ke dunia internasional, tiba-tiba rendang dinyatakan terlezat di dunia.
“Tanpa melakukan promosi besar-besaran, rendang, dengan sendirinya bisa menjadi makanan terlezat dan dikenal luas oleh masyarakat dunia,” ujarnya Irwan, saat berkunjung ke redaksi Padang Eskpres, Senin (26/9).
Mengutip koki ternama Indonesia, Wiliam Wongso, dia mengatakan, pemerintahan Thailand saja, untuk mempromosikan makan khas mereka ke seantero dunia, menghabiskan uang sebesar Rp 350 miliar. Hal itu wajar, karena rendang memiliki kekhasan tersendiri yang sulit ditiru oleh yang lain. Mulai dari aroma masakannya, cara memasaknya, hingga ketahanan rendang yang bisa sampai satu bulan lebih.
Karena itu pula, Gubernur bertekad memanfaatkan anugerah tersebut semaksimal mungkin, untuk mengangkat dunia pariwisata Sumbar melalui rendang. Gubernur akan menjadikan rendang sebagai ikon Sumbar, bahkan Indonesia dengan nama Rendang Padang.
“Terkait dengan nama tersebut, bukan berarti megecilkan daerah lainnya di Sumbar, tapi hal itu lebih karena strategi pemasaran saja. Karena orang lebih kenal Padang dari pada Sumbarnya,” sebut Irwan.
Beberapa langkah ke arah situ akan diambil secepatnya. “Tadi, saya baru saja melakukan pertemuan dengan SKPD terkait untuk menyikapi Rendang ini,” kata politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
Pemprov juga berencana mengadakan festival rendang pada kegiatan Padang Fair, November mendatang. Kemudian, pada tahun depan, direncanakan pula seminar terhadap rendang Padang, yang salah satu muaranya mensertifikasi kualitas rendang yang akan menjadi ikon Ranah Minang tersebut.
“Karena akan dijadikan ikon Sumbar, kami akan membina restoran atau rumah makan untuk membuat rendang dengan kualitas tinggi dan terjaga. Misalnya, membina mereka untuk selalu membuat rendang dengan kelapa tua yang menghasilkan santan pekat, atau menjaga proses masaknya yang sampai empat jam,” tutur mantan anggota DPR RI tersebut.
Pemprov Sumbar juga berencana melibatkan ibu-ibu rumah tangga dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam memproduksi rendang yang berkualitas. Jadi, sebut Irwan, keterkenalan rendang saat ini, sebenarnya bisa pula mengembangkan bidang ekonomi kerakyatan. Apalagi rendang bisa masuk pasar dunia dan dapat diterima baik oleh masyarakat internasional.
“Ini akan kami promosikan ke luar. Kami juga berencana melobi pemerintah pusat menjadikan rendang sebagai makanan nasional. Hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Sebab, dapat dikatakan rendang ada di mana-mana di seluruh Indonesia. Dan, rasanya pun bisa disesuaikan dengan lidah orang Indonesia secara umum,” paparnya.
Terkait dengan mematenkan rendang sebagai kekayaan budaya yang dimiliki Sumbar atau Indonesia, agar tidak dicuri oleh negara lain, kata Irwan, tak perlu dilakukan. Sebab, dalam aturannya, hasil seni dan budaya tidak bisa dipatenkan. Apalagi makanan khas. Namun yang bisa dipatenkan itu adalah merek dagang dari perusahaan yang memproduksi makanan.
“Jadi tak perlu takut, rendang akan dicuri dan dipatenkan orang atau negara lain. Apalagi yang dikenal orang saat ini rendang berasal dari Padang atau masakan khas Minangkabau,” tukas Irwan.(Padang Ekspres)
source:minangforum.com